Jumat, 09 Maret 2012

skripsi Ekonomi Regional


BAB I
PENDAHULUAN

a.  Latar Belakang
Pembangunan ekonomi nasional dan daerah merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Namun tidak bisa di pungkiri keterlibatan masyarakatpun sangat  berperan penting untuk mewujudkan suatu kegiatan ekonomi yang seimbang, dengan mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal untuk merangsang perkembangan ekonomi. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi disuatu daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi daerah tersebut serta semakin kecilnya ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat, sebab daerah merupakan bagian internal dari suatu negara.

Pertumbuhan ekonomi digambarkan sebagai proses kenaikan output suatu daerah/ negara pada periode waktu tertentu. Disamping itu ,meningkatnya pendapatan perkapita dianggap mampu memecahkan berbagai masalah sosial ekonomi seperti pengangguran ,kemiskinan, dan ketimpangan distribusi. Dalam hal ini , dua sisi menjadi perhatian yaitu sisi output total (PDRB) dam jumlah penduduk.
  Dimensi lain dari defenisi pertumbuhan perekonomian adalah periode waktu.Kenaikan output perkapita selama satu atau dua tahun yang kemudian di ikuti penurunan secara drastis bukanlah pertumbuhan perekonomian.Suatu daerah atau negara mendapat legalisasi mengalami pertumbuhan ekonomi bila selama series tertentu memiliki treend positif dalam pertumbuhan output perkapita. Upaya percepatan pertumbuhan tidak terlepas dari potensi yang dikelola dan diberdayakan sesuai kemampuan dan prospek yang dimiliki.
Struktur perekonomian merupakan suatu susunan sektor perekonomian yang menjelaskan mengenai komposisi produk nasional yang menunjuk pada peranan sektor produksi primer, sektor sekunder, sektor tersier dan sumbangan masing-masing sektor terhadap pembentukan produk nasional atau pendapatan nasional.
Dalam analisis struktur perekonomian tingkat perubahan struktur dan sektoral berkaitan erat dengan proses pertumbuhan ekonomi. Indonesia merupakan negara kesatuan, dimana rencana pembangunan meliputi rencana nasional maupun rencana regional. Pembangunan (ekonomi) nasional mempunyai dampak atas struktur perekonomian nasional dan struktur perekonomian daerah, Pembangunan yang berorientasi pada industri, menyebabkan prestasi sektor industri baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah menjadi lebih maju. Hal ini dapat dilihat pada variabel seperti pendapatan,kesempatan kerja,penyerapan tenaga kerja,dan nilai tambah sebagai proporsi sebelumnya dalam struktur perekonomian nasional maupun struktur perekonomian daerah selama kurun waktu tertentu. Salah satu kegunaan dari angka PDRB adalah untuk mengetahui sruktur perekonomian suatu wilayah. Dengan analisis struktur perekonomian ini dapat diketahui besarnya persentase atau kontribusi setiap sector terhadap pembentukan PDRB suatu wilayah pada tahun tertentu. Struktur ekonomi dapat mempunyai pengertian yang dinamis apabila sruktur perekonomian tersebut tidak dibatasi pada suatu tahun tertentu saja melainkan dalam suatu rangkaian waktu  (data series) sehingga dapat dilihat proses pegeseran dan struktur perekonomian diwilayah tersebut.
Peranan sektor ekonomi menujukkan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu daerah, yang dinyatakan dalam persentase. Struktur perekonomian suatu daerah akan mengalami pergeseran sejalan dengan aktifitas pembangunan yang dilaksanakan, khususnya pembangunan di bidang ekonomi.
Kabupaten Gowa sebagai suatu daerah yang sedang berkembang,dimana Struktur dan pergeseran perekonomian mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan perekonomian,ini dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor dalam PDRB  Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) seperti yang terlihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1.  PDRB Kabupaten Gowa Tahun   2005 – 2009
Tahun
PDRB adh Berlaku
(milyar Rp)
Perkembangan (persen)
PDRB adh konstan
(milyar Rp)
Pertumbuhan
(persen)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2005
2.123.276,38
       16,02
1.369.096,51
      5,74
2006
2.457655,41
       15,75
 1.453.592,57
      6,17
2007
2.854.932,88
       16,16
 1.543.568,30
      6,19
2008
3.473.358,11
        21,66
 1.650.32,75
      6,92
2009
  4.309.671,23
       22,16
  1.782.158,63
      7,99
Rata-Rata
3.043.778,8
       18.35
  1.559.747,95
      6,60
    Sumber: BPS Kab. Gowa 2011

Selama periode 2005-2009 perekonomian Kabupaten Gowa relatif stabil dengan rata-rata pertumbuhan 6,60 persen per tahun.Jika dilihat dari tahun ke tahun pertumbuhan ekonomi kabupaten Gowa tampak semakin baik yakni pada tahun 2005 tumbuh sekitar 5,74 persen,kemudian tumbuh lagi sekitar 6,17 persen pada tahun 2006,selanjutnya pada tahun 2007 tumbuh menjadi 6,19 persen dan pada tahun 2009 ini pertumbuhan perekonomian kabupaten Gowa mencapai angka 7,99 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan perekonomian Kabupaten Gowa masih dapat ditingkatkan.
Salah satu kegunaan dari Angka PDRB adalah untuk mengetahui Stuktur Perkonomian Suatu wilayah, dengan Analisis struktur Perekonomian ini dapat di ketahui besrnya persentase atau kontribusi setiap sektor Terhadap pembentukan PDRB suatu wilayah pada tahun tertentu.struktur ekonomi dapat mempunyai pengertian yang dinamis Apabila struktur ekonomi tersebut tidak di batasi pada suatu tahun tertentu saja, melainkan dalam suatu rangakaian waktu sehingga dapat di lihat proses pergeseran struktur ekonomi di wilyah tersebut.
Untuk jangka panjang struktur ekonomi menunjukkan arah dan keberhasilan pembangunan ekonomi dengan melihat transformasi ekonomi yang terjadi.
Struktur perekonomian Kabupaten Gowa dapat dilihat dari peranan masing-masing sektor dalam sumbanganya/kontribusi terhadap PDRB total Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) seperti yang terlihat pada tabel 2 berikut ini.




Tabel 2.Struktur perekonomian Kabupaten Gowa Tahun 2005-2009 (dalam persen)

Lapangan usaha
2005
2006
2007
2008
2009
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.      Pertanian
2.      Pertambangan/Penggalian
3.      Industri Pengolahan
4.      Listrik, gas dan air bersih
5.      Bangunan
6.      Perdagangan, hotel dan restoran
7.      Angkutan dan komunikasi
8.      Keu, persewaan, & jasa perus
9.      Jasa-jasa
52,16
0,68
3,63
1,79
2,50
13,51
5,76
5,15
14,82
51,48
0,62
3,34
1,74
2,49
13.40
5,77
5,15
16,02
50,85
0,63
3,31
1,73
2,50
13,61
5,89
5,47
16,02
48,78
0,63
3,19
1,66
2,43
13,48
5,85
5,68
18,32
45,65
0,64
3,05
2,75
2,51
13,75
6,75
5,43
19,47
PDRB
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber: BPS Kab. Gowa 2011
Struktur Perkonomian kabupaten Gowa pada Tahun 2008 masih Bertumpuh Pada sektor Pertanian dengan kontribusi 45,65 persen. Ini menunjukkan bahwa perkonomian kabupaten Gowa masih mengandalkan sektor ini. Penyumbang terbesar ke-2 adalah Sektor Jasa-jasa dengan kontribusi sebesar 19,47 persen, di Susul Oleh sektor Perdangangan,Hotel dan restoran 13,75 persen. Kemudian Sektor Angkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Masing-masing dengan Kontribusi 6,75 persen dan 5,43 persen.sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai kontribusi terkecil yakni 0,64 Persen.
      Sektor-sektor tersebut tidak hanya memberikan kontribusi dalam pembentukan produk nasional maupan domestic saja, tetapi juga memberikan lapangan kerja utama bagi penduduk. Sektor-sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja dan dapat dijadikan indikasi pertumbuhan perekonomian nasional dan domestik ada 9 (Sembilan) sektor yaitu : (1) sektor pertanian; (2) sektor pertambangan dan penggalian; (3) sektor industri dan pengolahan; (4) sektor listrik dan air; (5) sektor bangunan; (6) sektor perdagangan, hotel dan restoran; (7) sektor angkutan dan komunikasi; (8) sektor keuangan dan perusahaan; (9) sektor jasa-jasa.
        Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi kabupaten gowa yang dilihat dari pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir memperlihatkan perkembangan yang cukup membaik. Secara sektoral pertumbuhan ekonomi kabupaten gowa ditopang oleh pertumbuhan sektor pertanian. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa kabupaten Gowa mengandalkan sektor pertanian sebagai sektor ekonomi yang cukup potensial untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa.
Dengan adanya Peningkatan pembangunan daerah dan strategi perencanaan yang matang,maka pemerintah mampu melihat struktur perekonomiannya. Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS STRUKTUR DAN PERGESERAN PEREKONOMIAN DI KABUPATEN GOWA”
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka   permasalahan penelitian adalah sebagai berikut :
1.   Bagaimana perubahan struktur perekonomian di Kabupaten Gowa ?
2.   Apakah struktur perekonomian di kabupaen gowa mengalami pergeseran? 


c.  Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1.   Untuk mengetahui bagaimana pergeseran  perekonomian di Kabupaten Gowa.
2.   Untuk mengetahui Struktur perekonomian mana yang mengalami pergeseran di Kabupaten Gowa.
d.  Manfaat Hasil Penelitian
Setelah selesainya penelitian ini diharapakan bermanfaat untuk:
1.      Bagi pemerintah                                                                                                                    Diharapkan menjadi tambahan informasi sekaligus bahan evaluasi agar lebih memantapkan peran perencanaan pembangunan daerah pada tahun-tahun mendatang.
2.  Bagi penulis
       Penelitian ini merupakan penerapan dari teori-teori akademis yang telah diperoleh selama studi di perguruan tinggi , sekaligus sebagai tolok ukur pribadi tentang keilmuan yang diterima selama ini, dan juga sebagai tugas akhir yang merupakan syarat dalam meraih gelar kesarjanaan dalam bidang Pendidikan Ekonomi Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi di Universitas Negeri Makassar.
3. Bagi Peneliti Lainnya
   Sebagai bahan informasi untuk penelitian yang relevan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka
1. Perencanaan Ekonomi
a. Definisi Perencanaan Ekonomi
Istilah perencanan pembangunan (ekonomi) sudah sangat umum kita dengar dalam pembicaraan sehari-hari. Namun demikian, hampir semua buku teks tentang perencanan memberikan pengertian yang berbeda-beda, dan diantara para ekonom pun belum ada kesepakatan tentang pengertian istilah perencanaan ekonomi tersebut.
Dalam Jhingan (2008), dijelaskan beberapa pengertian perencanaan ekonomi menurut para ahli, diantaranya:
1.      Prof.Robbins, “Perencanaan Ekonomi adalah “pengawasan atau pengendalian secara kolektif atas seluruh kegiatan swasta dibidang produksi dan pertukaran”
2.      Hayer,Perencanaan berarti “pengaturan kegiatan produktif oleh penguasa pusat”
3.      Dr. Dalton, “perencanaan ekonomi dalam pengertian yang paling luas adalah pengaturan dengan sengaja oleh orang yang berwenang mengenai sumber-sumber kengiatan ekonomi kearah tujuan yang ditetapkan”.
4.      Lewis Lordwin, Mengartikan perencanaan ekonomi sebagai berikut: “suatu rencana   pengorganisasian perekonomian dimana pabrik, perusahaan, dan industri yang terpisah-pisah dianggap sebagai unit-unit terpadu dari satu system tunggal dalam rangka memanfaatkan sumber yang tersedia untuk mencapai kepuasan kebutuhan rakyat dalam waktu yang telah ditentukan”.
5.      Zweig, “perencanaan ekonomi mencakup perluasan fungsi penguasa Negara sampai ke pengorganisasian dan pemanfaatan sumber-sumber ekonomi”. perencanaan mengandung arti dan mengarah kepada pemusatan perekonomian nasional.
6.      Dickison, Mengartikan perencanaan sebagai: ”pengambilan keputusan utama ekonomi tentang apa dan berapa banyak,bagaimana, bila, dan dimana akan diproduksi, serta buat siapa akan dialokasikan, oleh badan pengambil keputusan yang berwenang atas dasar pengamatan menyeluruh terhadap system perekonomian sebagai satu kesatuan”.
Walaupun tidak ada kebulatan pendapat, namun perencanaan ekonomi sebagaimana difahami oleh sebagian ahli ekonomi mengandung arti “pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan sengaja oleh suatu penguasa pusat untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan tertentu didalam jangka waktu tertentu pula”. (Jhingan 1999:518)
Dalam Arsyad (1999:112) “Perencanaan merupakan proses yang berkesinambungan dan mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang”.
Berdasarkan definisi tersebut berarti ada empat dasar perencanaan, yaitu:
a.       Merencanakan berarti memilh
b.      Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya
c.       Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan
d.      Perencanaan untuk masa depan
Perencanaan sebenarnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan dari waktu ke waktu dengan melibatkan kebijaksanaan dari pembuat keputusan berdasarkan sumber daya yang tersedia dan disusun secara sistematis.
Walaupun tidak ada kesepakatan diantara para ekonom berkenaan dengan istilah perencanaan ekonomi, sebagian besar ekonom menganggap perencanaan ekonomi mengandung arti pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan sengaja oleh pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula.
b.  Fungsi Perencanaan Ekonomi
Dalam beberapa buku literatur perencanaan pembangunan, pembahasan tentang pentingnya perencanaan ini sering dikaitkan dengan pembangunan itu sendiri. Dengan demikian, pembahasan tentang pentingnya aspek perencanaan yang dikaitkan dengan aspek pembangunaan dapat diklasifikasikan menjadi dua topik utama, yaitu:
a. Perencanaan sebagai alat dari pembangunan
b.Pembangunan sebagai tolok ukur dari berhasil tidaknya perencanaan tersebut.
Perencanaan dianggap sebagai alat pembangunan karena perencanaan memang merupakan alat strategis dalam menuntun jalannya pembangunan. Suatu perencanaan yang disusun secara acak-acakan dan tidak memperhatikan aspirasi sasaran, maka pembangunan yang dihasilkan juga tidak seperti yang diharapkan.
Sementara itu Arsyad menjelaskan fungsi-fungsi perencanaan sebagai berikut:
a. Dengan perencanaan diharapkan terdapat suatu penghargaan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada tujuan pembangunan.
b. Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang.
c. Perencanaan memberikan kesempatan untuk diadakan pilihan yang terbaik.
d. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya tujuan.
e. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan evaluasi.
c. Proses Perencanaan Ekonomi
Proses perencanaan merupakan hal mendasar yang harus diperhatikan oleh para  pembuat keputusan, adapun proses perencanaan ekonomi tersebut menurut Arsyad (1999) dibagi ke dalam 4 tahap, yaitu:
1. Pada tahap ini ditetapkan tujuan oleh para pemimpin politik, serta prioritas- prioritas tujuan untuk mengarahkan para perencana jika terjadi konflik tujuan.
2. Mengukur ketersediaan sumber daya yang langka selama periode perencanaan  tersebut.
3. Memilih upaya ekonomi yang ditujukan untuk mencari berbagai cara yang bisa  dilakukan untuk mencapai tujuan nasional.
4. Mengerjakan proses perencanan kegiata-kegiatan yang mungkin dan penting untuk mencapai tujuan nasional tanpa terganggu adanya kendala-kendala sumber daya dan organisasional. Hasil dari proses ini adalah strategi pembangunan atau rencana mengatur kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama beberapa tahun
d. Syarat - syarat Keberhasilan Suatu Perencanaan
Menurut Jhingan (2006) perumusan dan kunci keberhasilan suatu perencanaan biasanya  memerlukan hal-hal sebagai berikut:
a. Prasyarat pertama bagi suatu perencanaan adalah pembentukan suatu komisi  perencanaan yang harus diorganisir dengan cara tepat.
b. Perencanaan yang baik membutuhkan adanya analisis yang menyeluruh tentang potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara beserta segala kekurangannya, oleh karena itu pembentukan suatu jaringan kantor statistik dari pusat hingga daerah yang bertugas mengumpulkan informasi dan data-data statistik menjadi suatu kebutuhan utama.
c. Penetapan berbagai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai hendaknya realistis dan disesuaikan dengan kondisi Negara tersebut.
d. Penetapan sasaran dan prioritas untuk pencapaian suatu tujuan perencanaan dibuat secara makro dan sektoral.
e. Dalam perencanaan ditetapkan adanya pembiayaan oleh pemerintah sebagai dasar sumber daya yang tersedia.
f. Suatu perencanaan hendaknya mampu menjamin keseimbangan perekonomian.
g. Administrasi yang baik, efisien, dan tidak korup adalah syarat mutlak keberhasilan suatu perencanaaan.
h. Pemerintah harus menetapkan kebijakan pembangunan yang tepat demi berhasilnya rencana pembangunan dan menghindari kesulitan yang mungkin timbul dalam proses pelaksanaannya.
i. Setiap usaha harus dibuat berdampak ekonomis dalam administrasi, khususnya dalam pengembangan bagian-bagian departemen dan pemerintahan.
j. Administrasi harus bersih dan efisien memerlukan dasar pendidikan yang kuat, perencanaan yang berhasil harus memerhatikan standart moral dan etika masyarakat.
k. Dukungan masyarakat merupakan faktor penting bagi keberhasilan suatu perencanaan didalam suatu negara yang demokratis, tanpa dukungan masyarakat tak ada perencanaan yang dapat berhasil.
2.  Pertumbuhan dan Pembangunan Wilayah
a.      Teori Pembangunan Wilayah
Menurut Rahardjo Adisasmita(2005), memberikan batasan bahwa: ”pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan (kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas”.
Semua faktor tersebut adalah penting tetapi masih dianggap terpisah-pisah satu sama lain dan belum menyatu sebagai komponen yang membentuk basis untuk penyusunan teori pembangunan wilayah (regional) secara komprehensif.
Dalam melaksanakan pembangunan diperlukan landasan teori yang mampu menjelaskan hubungan korelasi antara fakta-fakta yang diamati sehinggga dapat merupakan kerangka orientasi untuk analisis dan membuat ramalan terhadap gejala-gejala baru yang diperkirakan akan terjadi. Dengan semakin majunya studi-studi pembangunan ekonomi, banyak teori telah diperkenalkan, dan teori-teori tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk menjelaskan pentingnya pembangunan wilayah. Beberapa teori didalam pembangunan wilayah yang lebih dikenal adalah pemikiran-pemikaran menurut beberapa aliran dalam Ilmu Ekonomi (misalnya Klasik, Neo Klasik, Harrod-Domar, Keynes dan Pasca Keynes), teori basis ekspor, teori sektor, struktur industri dan pertumbuhan wilayah, dan teori kausasi kumulatif.
1.        Konsep Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah
     Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi adalah proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan atau mendorong perubahan-perubahan atau pembaharuan bidang kehidupan lainnya.
Hal tersebut sesuai dengan yang di kemukakan oleh Siagian dalam Fahrurrazy (2009:1) bahwa keterbelakangan utama yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang adalah di bidang ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan,bahkan dapat dikatakan merupakan tuntutan sejarah apabila pembangunan ekonomi mendapat perhatian utama.
Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan berbagai usaha yang konsisten dari beberapa pihak untuk memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi umat manusia.
Tujuan pokok pembangunan ekonomi menurut Jhingan (2008:338) ialah untuk membangun peralatan modal dalam skala yang cukup untuk meningkatkan produktivitas di bidang pertanian, pertambangan, perkebunan dan industri. Modal juga diperlukan untuk mendirikan sekolah, rumah sakit, jalan raya, jalan kereta api, dan sebagainya. Singkatnya, hakekat pembangunan ekonomi adalah penciptaan modal overhead sosial dan ekonomi.
 Menurut Todaro (2000:76) bahwa pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses yang multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi.
1.        Teori Perubahan Struktural
Pembangunan ekonomi sebagai proses transisi yang dalam perjalanan waktu ditandai dengan transformasi multidimensional yang menyangkut pada perubahan struktur ekonomi. Perubahan ataupun pergeseran (shift) dalam struktur ekonomi berkisar pada segi akumulasi (perihal pengembangan sumber-sumber daya produksi secara kuantitatif dan kualitatif), dan segi distribusi (pola pembagian dalam kehidupan masyarakat).
Perubahan pada struktur ekonomi terlihat dari perkembangan mengenai komposisi produk nasional yang menunjuk pada peranan sektor produksi primer, sektor sekunder, sektor tersier dan sumbangan masing-masing sektor terhadap pembentukan produk nasional atau pendapatan nasional.
Sebagaimana menurut M. Dawam Rhardjo, pergeseran struktur ekonomi dapat dilihat melalui tiga hal, yaitu: (1). Sumbangan sektor pertanian secara relatif akan merosot, sedangkan sektor lain peranannya semakin besar dalam produk nasional, (2). Mereka yang bekerja pada sektor pertanian secara absolute jumlahnya bisa meningkat, namun persentasenya dalam jumlah lapangan kerja secara keseluruhan akan semakin mengecil. Sebaliknya bagian yang bekerja pada sektor lain akan meningkat, (3). Sifat produksi disemua bidang akan berubah secara total yaitu menjadi lebih bersifat industri.

Dalam penelitiannya, menurut Kuznets, pergeseran struktur ekonomi ditandai oleh menurunnya kontribusi (share) sektor pertanian terhadap produksi atau output nasional, sebaliknya sumbangan sektor industri meningkat. Dan menurut Clark, yang telah mengumpulkan data statistic menenai persentase tenaga kerja yang bekerja menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan perkapita suatu Negara, makin kecil peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja, sebaliknya sektor industri makin penting peranannya dalam menampung tenaga kerja.
Untuk mengetahui corak perubahan struktur ekonomi dalam perkembangan ekonomi pada masa lalu, Kuznets mengumpulkan data mengenai sumbangan berbagai sektor kepada produksi nasional di tiga belas Negara maju dengan kesimpulan: (a). sektor pertanian produksinya mengalami perkembangan lebih lambat dari perkembangan produk nasional, sedangkan (b). tingkat pertambahan produksi industri lebih cepat dari tingkat pertambahan penduduk nasional, (c). tidak adanya perubahan dalam peranan sektor jasa-jasa dalam produksi nasional berarti perkembangan sektor jasa-jasa sama dengan tingkat perkembangan produksi nasional.
Melihat dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pergeseran struktural secara umum mengarah pada: (1). Peranan sektor pertanian terhadap produk nasional secara relative harus menurun, sedangkan kontribusi dari sektor-sektor lainnya terkhusus pada sektor industri makin besar peranannya, (2). Semakin kecil persentase yang bekerja pada sektor pertanian dan mereka yang bekerja diluar sektor pertanian persentasenya semakin meningkat
Setiap wilayah yang mengalami perkembangan, meliputi siklus jangka pendek dan jangka panjang. Faktor-faktor dalam analisis perkembangan jangka pendek yang umumnya digunakan adalah penduduk, tenaga kerja, upah, harga, dan teknologi serta distribusi penduduk. Sedangakan laju pertumbuhan jangka panjang biasanya diukur menurut keluaran (output) dan pendapatan. Pada umumnya kita sependapat bahwa pertumbuhan dapat terjadi sebagai akibat dari faktor-faktor penentu endogen maupun eksogen, yaitu faktor-faktor yang terdapat di wilayah yang bersangkutan atau faktor-faktor diluar wilayah atau kombinasi dari keduanya.
Salah satu teori pertumbuhan wilayah yang paling sederhana adalah teori sektor. Teori ini dikembangkan berdasar hipotesis Clark-Fisher yang mengemukakan bahwa kenaikan pendapatan perkapita akan dibarengi oleh penurunan dalam proporsi sumber daya yang digunakan dalam sektor pertanian (sektor primer) dan kenaikan dalam sektor industri manufaktur (sektor sekunder) dan kemudian dalam industri jasa (sektor tersier). Laju pertumbuhan dalam sektor yang mengalami perubahan (sektor shift). Dianggap sebagai determinan utama dari perkembangan suatu wilayah.
Alasan dari perubahan atau pergeseran sektor tersebut dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Pada sisi permintaan, yaitu elastisitas pendapatan dari permintaan untuk barang dan jasa yang disuplai oleh industri manufaktur dan industri jasa adalah lebih tinggi dibandingkan untuk produk-produk primer. Maka pendapatan yang meningkat akan di ikuti oleh perpindahan (realokasi) sumber daya dari sektor primer ke sektor manufaktur dan jasa. Sisi penawaran, yaitu realokasi sumber daya tenaga kerja dan modal dilakukan sebagai akibat dari perbedaan dari tingkat pertumbuhan produktivitas dalam sektor-sektor tersebut. Kelompok sektor-sektor sekunder dan tersier menikmati kemajuan yang lebih besar dalam tingkat produktivitas. Hal ini akan mendorong peningkatan pendapatan dan produktivitas yang lebih cepat (kombinasi keduanya misalnya dalam skala ekonomi). Karena produktivitas yang lebih tinggi baik untuk tenaga kerja maupun untuk modal, dan pengahasilan yang lebih  tinggi tersebut memungkinkan untuk melakukan realokasi sumber daya.
Tingkat pertumbuhan produktivitas tergantung pada inovasi dan kemajuan teknik ataupun skala ekonomi. Bila produktivitas lebih tinggi dalam industri-industri, permintaan terhadap produk-produknya akan meningkat cepat, maka terdapat kausalitas “produktivitas harga rendah permintaan bertambah luas”, bukan sebaliknya.
Terjadinya perubahan atau pergeseran sektor dan evaluasi spesialisasi (pembagian kerja) dipandang sebagai sumber dinamika pertumbuhan wilayah. Suatu perluasan dari teori sektor ini adalah teori tahapan (stages theory), yang menjelaskan bahwa pembangunan wilayah adalah merupakan proses evolusioner  internal dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.       Tahapan perekonomian subsistem swasembada dimana hanya terdapat sedikit investasi dan perdagangan. Sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian.
b.      Dengan kemajuan transformasi di wilayah bersangkutan akan mendorong perdagangan dan spesialisasi. Industri pedesaan masih bersifat sederhana (tradisional) untuk memenuhi kebutuhan para petani.
c.       Dengan bertambah majunya perdagangan antar wilayah, maka wilayah yang maju akan memproriotaskan pada pengembangan sub sektor tanaman pangan, selanjutnya di ikuti oleh sub-sub sektor peternakan dan perikanan.
d.      Industri sekunder berkembang, pada permulaan mengolah produk-produk primer, kemudian diperluas dan semakin berspesialisasi.
e.       Pengembangan industri tersier (jasa) yang melayani permintaan dalam wilayah maupun di luar wilayah.
c.    Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi sebagai proses transisi yang dalam perjalanan waktu ditandai dengan transformasi multidimensional yang menyangkut pada perubahan struktur ekonomi. Perubahan ataupun pergeseran (shift) dalam struktur ekonomi berkisar pada segi akumulasi (perihal pengembangan sumber-sumber daya produksi secara kuantitatif dan kualitatif), dan segi distribusi (pola pembagian dalam kehidupan masyarakat).
Perubahan pada struktur ekonomi terlihat dari perkembangan mengenai komposisi produk nasional yang menunjuk pada peranan sektor produksi primer, sektor sekunder, sektor tersier dan sumbangan masing-masing sektor terhadap pembentukan produk nasional atau pendapatan nasional.
Sebagaimana menurut M. Dawam Rhardjo, pergeseran struktur ekonomi   dapat dilihat melalui tiga hal, yaitu: (1). Sumbangan sektor pertanian secara relatif akan merosot, sedangkan sektor lain peranannya semakin besar dalam produk nasional, (2). Mereka yang bekerja pada sektor pertanian secara absolute jumlahnya bisa meningkat, namun persentasenya dalam jumlah lapangan kerja secara keseluruhan akan semakin mengecil. Sebaliknya bagian yang bekerja pada sektor lain akan meningkat, (3). Sifat produksi disemua bidang akan berubah secara total yaitu menjadi lebih bersifat industri.

Dalam penelitiannya, menurut Kuznets, pergeseran struktur ekonomi ditandai oleh menurunnya kontribusi (share) sektor pertanian terhadap produksi atau output nasional, sebaliknya sumbangan sektor industri meningkat. Dan menurut Clark, yang telah mengumpulkan data statistic menenai persentase tenaga kerja yang bekerja menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan perkapita suatu Negara, makin kecil peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja, sebaliknya sektor industri makin penting peranannya dalam menampung tenaga kerja.
Untuk mengetahui corak perubahan struktur ekonomi dalam perkembangan ekonomi pada masa lalu, Kuznets mengumpulkan data mengenai sumbangan berbagai sektor kepada produksi nasional di tiga belas Negara maju dengan kesimpulan: (a). sektor pertanian produksinya mengalami perkembangan lebih lambat dari perkembangan produk nasional, sedangkan (b). tingkat pertambahan produksi industri lebih cepat dari tingkat pertambahan penduduk nasional, (c). tidak adanya perubahan dalam peranan sektor jasa-jasa dalam produksi nasional berarti perkembangan sektor jasa-jasa sama dengan tingkat perkembangan produksi nasional.
Melihat dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pergeseran struktural secara umum mengarah pada: (1). Peranan sektor pertanian terhadap produk nasional secara relative harus menurun, sedangkan kontribusi dari sektor-sektor lainnya terkhusus pada sektor industri makin besar peranannya, (2). Semakin kecil persentase yang bekerja pada sektor pertanian dan mereka yang bekerja diluar sektor pertanian persentasenya semakin meningkat.
d.   Teori Basis Ekonomi
Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan perindustrian yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation).
Strategi pembangunan daerah yang muncul didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti pentingnya bantuan (aid) kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasinya kebijakan yang mencakup pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah itu.
. Kuznets menjabarkan adanya trade off antara pertumbuhan ekonomi dengan distribusi yang merata dalam pendapatan perkapita. Kuznets juga menekankan bahwa untuk mengukur formasi modal adalah tidak tepat dan tidak efisien bila hanya kepada modal fisik dan modal tetap lainnya.
Pemikiran yang hampir sama dikemukakan oleh Athur Lewis, dimana struktur ekonomi dibagi atas sektor kapitalis dan sektor subsistem. Dalam analisis Lewis digunakan asumsi dasar bawha surplus tenaga kerja terjadi disemua sektor terutama pada sektor subsistem atau pertanian. Lewis menyebutkat bahwa sektor kapitalis menggunakan reproducible capital dan mendapatkan keuntungan dari penggunaan factor ini sedangkan sektor subsistem menggunakan tenaga kerja tersendiri (family labor) dan tanah sebagai factor produksi utama. Dalam hal upah, pemikiran Lewis sejalan dengan pemikiran Kuznets dimana upah pada sektor kapitalis ditentukan sebesar tingkat pendapatan disektor subsistem.
Dari pemikiran Kuznets maupun Lewis tersebut tampak bahwa sektor tradisional atau sektor subsistem atau juga sektor pertanian memiliki peranan yang cukup besar dalam proses pembangunan terutama dalam hal menyerap tenaga kerja. Walaupun demikian dalam berbagai pemikiran tersebut sektor pertanian seakan menjadi sektor yang sekunder dalam pembangunan. Pemikiran Schultz yang kemudian menitikberatkan pembangunan pada sektor pertanian. Schultz mengambil kesimpulan bahwa faktor manusia jauh lebih dominan kontribusinya terhadap pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi.
Dudley Seers, Ekonom dan kelompok strukturalis mengemukakan bahwa tolok ukur pembangunan ekonomi tidak saja pada peningkatan pendapatan perkapita tetapi hendaknya juga disertai oleh baiknya distribusi pendapatan, menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran. Kemudian Gunnar Myrdal yang mengemukakan tentang backwash effect Negara-negara maju terhadap Negara-negara miskin. Myrdal mengemukakan bahwa hubungan ekonomi antara Negara maju dengan Negara yang belum maju menimbulkan ketimpangan internasional dalam pendapatan perkapita dan kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi, kehadiran pasar yang lebih luas dan konsentrasi modal keuangan yang terjadi di Negara-negara maju.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang paling mendasar dalam ketenagakerjaan dan pembangunan ekonomi adalah masalah Supply-Demand dalam pasar tenaga kerja.
d.  Hubungan Pertumbuhan Ekonomi,  dan perubahan Struktur
        Pertumbuhan pendapatan nasional akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama beralih ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan.
Dapat dilihat sebagai suatu hipotesis bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun membuat semakin tinggi peningkatan pendapatan masyarakat perkapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi,  mendukung proses tersebut.
Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi kelanjutan pembangunan.
Pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak disertai dengan perubahan struktur ekonomi  yang berimbang. Artinya titik balik untuk aktivitas ekonomi tercapai lebih dahulu dibanding titik balik penggunaannya. Sehingga terjadi masalah-masalah yang seringkali diperdebatkan diantaranya Apabila transformasi kurang seimbang dikhawatirkan akan terjadi proses pemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia pada sektor primer.
Proses perubahan struktur perekonomian di Indonesia ditandai dengan: (1). Merosotnya pangsa sektor primer (pertanian), (2). Meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri), (3). Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi kontribusinya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
       Dalam menganalisis struktur ekonomi terdapat dua teori utama, yaitu teori Athur Lewis (teori migrasi) dan Hollins Chenery (teori transformasi struktural). Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu Negara pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan, pertumbuhan penduduknya tinggi sehingga terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja. Akibat over supply tenaga keraja ini, tingkat upah menjadi sangat rendah. Sebaliknya, di perkotaan, sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja. Hal ini menarik banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertanian kesektor industri sehingga terjadi suatu proses migrasi dan urbanisasi. Selain itu tingkat pendapatan di Negara bersangkutan meningkat sehingga masyarakat cenderung mengkonsumsi berbagai macam produk industri dan jasa. Hal ini menjadi motor utama pertumbuhan output di sektor-sektor non pertanian.
Teori Chenery memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi disuatu Negara yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuahan ekonomi.
3.  Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Pada bagian ini akan dibahas teori-teori mengenai faktor-faktor yang menimbulkan dan menentukan laju pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, adapun teori-teori tersebut antara lain :
a.       Adam Smith
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang dimulai dari masa perburuan, masa beternak, masa bercocok tanam, perdagangan, dan tahap perindustrian. Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang pekerja sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan produktifitas kerja. Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting. Menurut teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk  pada fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi.
b.      Whilt Whitman Rostow
Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam 5 tahap yaitu “masyarakat tradisional ( the traditional society ), prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take off), tinggal landas (take off), menuju kedewasaan (the drive maturity) dan masa konsumsi tinggi ( the age of high mass consumption)”.
c.       Friedrich List
Menurut List, dalam bukunya yang berjudul Das Nationale der Politispvhen Oekonomie (1840), sistem liberal dengan slogan laizzes-faire dapat menjamin alokasi sumber daya secara optimal. Perkembangan ekonomi menurut List melalui 5 tahap yaitu: tahap primitif, beternak, pertanian, industri pengolahan (Manufacturing), dan  perdagangan.
d.      Harrod-Domar
Teori ini menganggap setiap ekonomi dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika untuk mengganti barang-barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan ekonomi tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Rasio modal output (COR) sebagai suatu hubungan antara investasi yang ditanamkan dengan pendapatan tahunan yang dihasilkan dari investasi tersebut (Arsyad,1999


4.      Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu cara untuk melihat kemajuan perekonomian suatu daerah adalah dengan mencermati nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu biasanya dalam waktu satu tahun disuatu wilayah tertentu tanpa membedakan kepemilikan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi tersebut.
Dalam  menghitung pendapatan regional hanya dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegitan usahanya di suatu wilayah atau region (propinsi atau kabupaten) dimasukkan tanpa memperhatikan kepemilikan faktor-faktor produksi. Dengan demikian PDRB secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan balas jasa atau pendapatan faktor-faktor produksi yang berpartisipasi dalam proses produksi tersebut.
Dalam penyajiannya PDRB selalu dibedakan atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku. Adapun defenisi PDRB atas dasar harga konstan adalah nilai barang dan jasa (komoditi) atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap. PDRB atas dasar harga konstan ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi karena nilainya tidak dipengaaruhi oleh adanya perubahan harga. Sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku adalah nilai barang dan jasa (komoditi) atau pendaptan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada saat itu atau tahun sekarang, ini digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
PDRB diperoleh dari produksi seluruh sektor ekonomi regional yang dijabarkan dalam 9 (sembilan) sektor dan terakumulasi dalam 3 (tiga) kelompok menurut jenisnya, yaitu:
1. Kelompok primer adalah sektor yang langsung menghasilkan barang jadi ( final product ). Terdiri dari sektor pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian.
2. kelompok sekunder adalah sektor yang dalam menghasilkan barang harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Terdiri dari sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, dan Sektor Bangunan.
3. selanjutnya sektor tersier adalah sektor yang bergerak dibidang pelayanan (jasa) yang terdiri dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Angkutan dan Komunikasi, dan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan serta Sektor Jasa-jasa.
B.    Kerangka Pikir
Pembangunan  adalah suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pem­bangunan sehingga jelas bahwa pembangunan ekonomi pada dasarnya ditekankan pada peningkatan sektor-sektor ekonomi yang terdiri dari 9 (Sembilan) sektor lapangan usaha utama, yaitu: sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik,gas,dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan,hotel,dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan,persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Sektor – sektor tersebut tidak hanya berperan dalam pembentukan produk nasional maupun domestik, tetapi juga terjadi perubahan pada struktur ekonomi pada 9 (Sembilan) sektor ekonomi tersebut dianalisis dengan teknik analisis shift share. Melalui pendekatan ini dapat diketahui sektor- sektor ekonomi suatu daerah yang memberikan kontribusi positif terhadap peubahan struktur perekonomian suatu wilayah  dalam hubungannya dengan perekonomian acuan  yang lebih besar, sehingga dapat diketahui sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan pada masa yang akan datang atau periode berikutnya. Peningkatan srtuktur ekonomi  dapat  memberikan tingkat perubahan yang berkaitan erat dengan proses peningkatan pertumbuhan ekonomi. Struktur ekonomi yang tengah di hadapi pun saat ini sesungguhnya merupakan suatu struktur yang transisional. Dimana  menunjukkan suatu proses peralihan dari struktur yang agraris ke industrial.







Untuk lebih jelasnya, kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada skema / gambar berikut:

Pembangunan Ekonomi
Sektor-sektor Ekonomi:
Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan & Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas & Air Bersih, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran, Sektor Angkutan & Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Serta Sektor Jasa-jasa
 Analisis Shift Share
Stuktur ekonomi
Pertumbuhan   perekonomian
 















                                  Gambar 3: Skema Kerangka




BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Variabel dan Desain Penelitian
1.    Variabel Penelitian
Variabel merupakan indikator penting yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Varibel adalah objek penelitian atau hal-hal yang menjadi pusat perhatian pada suatu penelitian. Penelitian ini menganalisis srtuktur ekonomi pertumbuhan  pada masing-masing sektor ekonomi di kabupaten Gowa dibandingkan dengan struktur ekonomi provinsi Sulawesi selatan. Dengan demikian yang menjadi variabel pada penelitian ini adalah Struktur ekonomi Kabupaten Gowa , pembangunan ekonomi dan Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi.
2.             Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu rancangan atau tata cara untuk melaksanakan penelitian dalam rangka memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif yaitu penyajian dan penyusunan tabel-tabel dalam bentuk pemaparan kontekstual terhadap masalah yang diteliti untuk dianalisis.
Pada saat penelitian berlangsung, maka hal yang sangat perlu diperhatikan adalah cara pengumpulan data agar data atau informasi yang diperoleh betul-betul objektif dan akurat. Untuk memperoleh data yang objektif dan akurat, diperlukan teknik pengumpulan data yang baik. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, dipakai untuk mengetahui data struktur ekonomi kabupaten Gowa tahun 2005-2009 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta dari berbagai sumber pustaka, media massa dan internet.
Hasil Penelitian
Setelah data tersebut diperoleh, maka dilakukan analisis data untuk mengetahui hasil dari penelitian tersebut sehingga dapat diberikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan. Untuk lebih memudahkan dalam memahami
penelitian ini, maka dapat disimak pada skema desain penelitian berikut:
Pengumpulan Data
Shift Share
Pemilihan Data
Kesimpulan dan Saran
Analisis Data
Kelengkapan Data
Hasil Penelitian
Pra Penelitian













                               Gambar 4 : Skema Desain Penelitian


B.     Defenisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Variabel ini diperlukan sebagai batasan operasional masing-masing variabel yang diteliti untuk memperjelas arah dan ruang lingkup variabel penelitian. Adapun batasan operasional masing-masing variabel yang di maksud adalah:
1)      Struktur perekonomian Kabupaten Gowa adalah suatu corak perekomian berdasarkan atas sektor  ekonomi yang ada di Kabupaten Gowa.
2)      Shift Share (SS) digunakan untuk mengetahui struktur dan pergeseran perekonomian wilayah di Kabupaten Gowa. Berdasarkan PDRB Kabupaten Gowa
3)      Provincial Share (PS), yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau struktur dan pergeseran perekonomian Kabupaten Gowa dengan melihat nilai PDRB Kabupaten Gowa sebagai daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh struktur dan pergeseran pertumbuhan perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil perhitungan Provincial Share akan menggambarkan peranan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dalam yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Kabupaten Gowa. Jika pertumbuhan Kabupaten Gowa sama dengan pertumbuhan Provinsi Sulawesi Selatan maka peranannya terhadap provinsi tetap.
4)      Proportional Shift (P) adalah pertumbuhan nilai tambah bruto suatu sektor i pada Kabupaten Gowa dibandingkan total sektor di tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.
5)      Differential Shift (D) adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa dan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.
6). Kontribusi Sektor adalah sumbangan atau peranan yang diberikan oleh masing-masing sektor ekonomi di Kabupaten Gowa.
B.   Populasi dan sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti yang merupakan sumber informasi mengenai sesuatu yang ada hubungannya dalam penelitian.
Menurut Sugiono(2005:7) memberikan pengertian bahwa :
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Menurut Arikunto (2005:8)  bahwa sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti).Sedangkan menurut sugiyono bahwa sampel  adalah sebagian dari  jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data time series atau data berkala sehingga populasi juga sekaligus sampel.Tehnik ini digunakan atas dasar pertimbangan penulis bahwa dalam pengambilan sampel,penulis memilih langsung obyek atau data yang menjadi tema dalam penulisan ini yaitu data tentang Produk Domesti Regional Bruto (PDRB) kabupaten Gowa tahun 2007-2009.
C.    Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan semua hasil observasi atau pengukuran untuk keperluan tertentu. Jenis penelitian ini merupakan analisis deskriptif, yaitu penyajian dan penyusunan data kedalam tabel-tabel dalam bentuk pemaparan kontekstual terhadap masalah yang diteliti untuk dianalisis.
Untuk kepentingan penelitian, penulis menggunakan metode dokumentasi, Observaasi dan wawancara dalam pengumpulan data.
Menurut Suharsmi (dalam Riduwan 2005:35) metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu data atau informasi mengenai berbagai hal yang ada kaitannya terhadap penelitian dengan jalan melihat kembali laporan-laporan tertulis baik berupa angka maupun keterangan.

Pada penelitian ini, metode dokumentasi, Observasi, dan wawancara digunakan untuk mengetahui data stuktur perekonomian  Kabupaten Gowa dan profinsi Sulawesi Selatan tahun 2005-2009. Selain data-data laporan tertulis, untuk kepentingan penelitian ini juga digali informasi dan referensi dari berbagai sumber pustaka, media massa dan internet.
D. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis perencanaan pembangunan yaitu Shift-Share. Shift- Share yaitu teknik yang menggambarkan kinerja sektor-sektor disuatu wilayah dibandingkan dengan kinerja ekonomi Sulawesi Selatan. Dengan demikian, dapat ditemukan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah bila daerah itu memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam perekonomian nasional. Teknik ini membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor di suatu wilayah (Gowa) dengan laju pertumbuhan x Profinsi Sulawesi selatan serta sektor-sektornya, dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari perbandingan itu. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur sektor i suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah dalam kaitannya dengan ekonomi nasional.
Melalui analisis shift share, maka pertumbuhan ekonomi struktur dan pergeseran perekonomian di wilayah Kabupaten Gowa ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
a.       Provincial Share (PS), yang dapat di formulasikan sebagai berikut
b.      Proportional Shift (P), yang dapat di formulasikan sebagai berikut
                                                   
c.       Differential Shift (D), yang dapat diformulasikan sebagai berikut

Di mana:
N =  Provinsi Sulawesi Selatan sebagai wilayah referensi yang lebih tinggi  jenjangnya.
n   =  Kabupaten Gowa sebagai wilayah analisis.
Y =  Nilai PDRB kabupaten Gowa
i    =  Sektor dalam PDRB (Rupiah)
t    =  tahun
      t-1 =  tahun awal

Sektor-sektor di Kabupaten Gowa yang memiliki Differential Shift (D) positif memiliki keunggulan komparatif terhadap sektor yang sama pada Kabupaten/Kota lain dalam Provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu, sektor-sektor yang memiliki nilai D positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di Kabupaten Gowa dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila nilai D negatif, maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.
      Provincial Share (PS):Adalah yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian Kabupaten tertentu dengan melihat nilai PDRB Kabupaten tersebut sebagai daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian Provinsi tertentu. Hasil perhitungan Provincial Share akan menggambarkan peranan wilayah Provinsi tertentu dalam yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Kabupaten tertentu. Jika pertumbuhan Kabupaten tertentu sama dengan pertumbuhan Provinsi tertentu maka peranannya terhadap provinsi tetap.

      Differential Shift: Adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi Kabupaten tertentu dan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat Provinsi tertentu.          
 Proportional Shift: Adalah pertumbuhan nilai tambah bruto suatu sektor tertentu pada Kabupaten tertentu dibandingkan total sektor di tingkat Provinsi tertentu.
      Pertambahan lapangan kerja regional total (∆ Er) dapat diurai menjadi komponen shift dan komponen share. Komponen share sering pula disebut komponen national share. Komponen national share (N) adalah banyaknya pertambahan lapangan kerja reginal seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju pertumbuhan nasional selama periode studi. Hal ini dapat dipakai sebagai kriteria lanjutan bagi daerah yang bersangkutan untuk mengukur apakah daerah itu tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dari pertumbuhan nasional rata-rata.
Komponen shift adalah penyimpangan (deviation) dari national share dalam pertumbuhan lapangan kerja regional. Penyimpangan ini positif di daerah-daerah yang tumbuh lebih cepat dan negatif di daerah-daerah  yang tumbuh lebih lambat/merosot dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja secara nasional. Bagi setiap, shift netto dapat dibagi menjadi dua komponen, yaitu proportional shift component (P) dan differential shift component (D).
Proportional shift component (P) kadang-kadang dikenal sebagai komponen struktural atau industrial mix, mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor industri di daerah yang bersangkutan. Komponen ini positif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh cepat dan negatif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh dengan lambat atau bahkan sedang merosot.
Differential shift component (D) kadang-kadang dinamakan komponen lokasional atau regional adalah sisa kelebihan. Komponen ini mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat didaerah yang bersangkutan daripada tingkat nasional yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern. Jadi, suatu daerah yang mempunyai keuntungan lokasional seperti sumber daya yang melimpah/efisien, akan mempunyai differential shift component yang positif, sedangkan daerah yang secara lokasional tidak menguntungkan akan mempunyai komponen yang negatif.
Kedua komponen shift ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat ekstern dan yang bersifat intern. Proporsional shift adalah akibat dari pengaruh unsur-unsur luar yang bekerja secara nasional, sedangkan differential shift adalah akibat dari pengaruh factor-faktor yang bekerja khusus di daerah yang bersangkutan.
Dengan menggunakan notasi aljabar, berbagai hubungan antara komponen-komponen tersebut dapat dinyatakan pada uraian berikut ini. Akan tetapi, sebelum mengemukakan rumus hubungan, terlebih dahulu akan dikemukakan notasi yang dipergunakan berikut ini:
∆     =   pertambahan, angka akhir dikurangi dengan angka awal (tahun t - n)
N     =   Natinal atau wilayah nasional/wilayah yang lebih tinggi jenjangnya
r      =    Regional atau wilayah analisis
Y     =    PDRB kabupaten gowa
i       =    Sektor i
t      =    Tahun
t-n  =    Tahun awal
Ns   =    National share
P     =    Proportional shift
D     =    Differential shift
Hubungan antara komponen tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

Rumus :
∆ Y r, i, t   = (Ns i + P r, i + D r, i)
Keterangan :
Ns= (national share ) adalah perubahan lapangan kerja regional sektor i dalam  memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan nasional. Hal ini dapat dituslikan sebagai berikut.
Ns i, t  = Y r, i, t -n  (Y N, t / Y N, t-n) - Y r, i, t -n
Apabila bertanda positif (+) berarti penyerapan tenaga kerja sektor i di wilayah propinsi memberikan kontribusi positif dalam penyerapan tenaga kerja nasional, demikian sebaliknya apabila mempunyai tanda negatif (-) maupun nol.
P r, i  = Proportional shift adalah melihat pengaruh sektor i secara nasional terhadap pertumbuhan lapangan kerja sektor i pada region yang dianalisis. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut
P r, i, t  = {( Y N, i, t / Y N, i,  t-n) - ( Y N, t / Y N, t-n)} × Y r, i, t -n
apabila mempunyai tanda (+) berarti bahwa variabel yang dianalisis mempunyai tingkat pertumbuhan dalam menyerap tenaga kerja lebih cepat dari pertumbuhan keseluruhan, demikian sebaliknya apabila mempunyai tanda negatif (-) maupun nol.
Dr,i = Differential shift menggambarkan penyimpangan antara pertumbuhan sektor i di wilayah analisis terhadap pertumbuhan sektor i secara nasional. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut.
D r, i, t = { Y r, i, t  - ( Y N, i, t / Y N, i,  t-n) - Y r, i, t -n }
Apabila komponen ini mempunyai nilai yang positif berarti daerah tersebut memiliki keunggulan lokasional seperti sumber daya yang melimpah/efisien, sedangkan daerah yang secara lokasional tidak menguntungkan akan mempunyai komponen yang negatif.
∆Er,i,t = Jumlah keseluruhan dari PDRB kabupaten gowa ( Ns i ), Proportional shift ( P r, i ) dan Differential shift (Dr,i) pada sektor i di wilayah propinsi dalam memberikan pertumbuhan tenaga kerja nasional. Apabila bertanda positif (+) berarti bahwa sektor i mempunyai kecepatan untuk tumbuh dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat nasional, ataupun sebaliknya.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran umum Daerah Penelitian
a. Keadaan Geografis
  1. Batas Wilayah
Kabupaten gowa adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kota Sungguminasa. Kabupaten Gowa berada pada 1238.16’ BT dari Jakarta dan 533.6’ BT dari Kutub Utara dengan luas wilayah 1.883,33 km2 dan batas wilayah adalah :
a.       Sebelah Utara berbatasan dengan : Kota Makassar, Kabupaten Maros dan Bone.
b.      Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Sinjai, dan Bulukumba.
c.       Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Bantaeng dan Jeneponto.
d.      Sebelah Barat berbatasan dengan : Kabupaten Takalar dan Selat Makassar.
2. Wilayah Administratif
Secara Administratif Kabupaten Gowa terdiri atas 18 kecamatan dan 167 desa/kelurahan. Kecamatan tersebut adalah : Kecamatan Bontonompo, Bontonompo Sel, Bajeng, Bajeng Barat, Pallangga, Barombong, Sombaopu, Bontomarannu, Pattalassang, Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Kabupaten ini berjarak sekitar 9 km dari Kota Makassar dan dapat ditempuh sekitar 15 menit dari pusat Kota Makassar dan 25 menit dari pelabuhan Soekarno Hatta serta 45 menit dari Bandar Udara Internasional Hasanuddin dengan menggunakan transportasi darat.
 a. Topografis
Kabupaten ini memiliki wilayah Topografi yang bervariasi berupa perbukitan, pegunungan, lembah dan sungai. Secara umum keadaan topografi wilayah didominasi oleh dataran tinggi yaitu sekitar 80.2% dari luas wilayah kabupaten, sedangkan yang dataran rendah hanya sekitar 19.8%.
b. Iklim dan musim
          Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Gowa hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Biasanya musim kemarau dimulai pada Bulan Juni hingga September, sedangkan musim hujan dimulai pada Bulan Desember hingga Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan Oktober-Nopember.
c.  Curah Hujan
           Curah hujan disuatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak suatu wilayah. Catatan curah hujan Tahun 2009 disajikan pada Tabel 2.1.1. Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh
beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi pada Bulan Januari yang mencapai rata-rata 1.182 mm, sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Agustus-September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan..
e.     Pemerintah dan legislatif
         Pemerintah Kabupaten Gowa menjalankan roda pemerintahan dengan 18 (delapan belas ) kecamatan definitif . Dari kecamatan yang ada terdapat 167 ( seratus enam puluh tujuh) desa definitif . Jumlah anggota legislatif Kabupaten Gowa berdasarkan hasil pemilu legislatif 2009 sebanyak 45 (empat puluh lima) orang . Mereka  berasal dari 13 partai politik.
f.    Kepegawaian
         Jumlah pegawai negeri sipil (PNS) dalam lingkup Kabupaten Gowa sebanyak 9.048 orang. Dari segi golongan, yang terbanyak adalah M golongan tiga sebanyak 4.265 orang,sedangkan golongan satu sebanyak 127 orang. Sebagian besar PNS di Kabupaten Gowa  adalah tenaga guru sebanyak 5.280
g.  Demografi
         Jumlah penduduk Kabupaten Gowa pada akhir tahun 2009 tercatat sejumlah 617.317 jiwa dengan komposisi penduduk 305.202 pria dan 305.202 perempuan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Gowa mencapai 328 jiwa/km2 dengan rata-rata pertumbuhan 2% per tahun.
i.  Tenaga Kerja
            Penduduk Usia Kerja (PUK) didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun keatas. Penduduk tersebut terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah mereka yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah-tangga dan lainnya. Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh keuntungan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu yang lalu       Menurut Hasil SUSENAS 2009 Penduduk Usia Kerja di daerah Gowa Tahun 2009 berjumlah 421.557 jiwa yang terdiri dari 203.295 laki-laki dan 218.262 perempuan. Dari seluruh penduduk usia kerja, yang termasuk angkatan kerja berjumlah 260.933 jiwa atau 61,89 persen dari seluruh Penduduk Usia Kerja. Dari seluruh angkatan kerja tercatat 236.013 jiwa atau sekitar 90.44 persen dari total angkatan kerja termasuk bekerja dan sisanya mencari pekerjaan. Bila dibedakan menurut jenis kelamin, angkatan kerja laki-laki berjumlah 171.642 jiwa sedangkan angkatan kerja perempuan sebanyak 89.291 jiwa.
           Penduduk usia kerja laki-laki yang mencapai 48,22 persen, sementara angkatan kerja laki-laki ternyata lebih dominan mencapai 65,78 persen dari total angkatan kerja dan angkatan kerja perempuan sebesar 34,22 persen.
J.   Pendidikan dan Kebudayaan
          Sudah menjadi kesadaran kita bersama bahwa pendidikan saat ini memegang peranan yang sangat penting di dalam menentukan masa depan suatu bangsa. Sehingga pembangunan di bidang pendidikan ini sudah seharusnya mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak. sekolah, guru dan murid selama Kurun Waktu 2009/2010 pada seluruh jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Dari segi jumlah sekolah, di tingkat pendidikan dasar, jumlah Sekolah Dasar yang tersedia di Kabupaten Gowa pada Tahun 2009/2010 mengalami perubahan dibanding tahun sebelumnya yaitu dari sebanyak 393 menjadi 402 buah. Sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) bertambah menjadi 85 buah dari 88 buah pada Tahun 2008/2009, sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 28 buah dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sejumlah 16 buah. Berdasarkan hasil angka sementara Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2009, tercatat bahwa dari penduduk berumur 10 tahun keatas yang dari Kabupaten Gowa sekitar 14,32 persen tidak pernah sekolah, 85,68 persen yang masih sekolah, dan 64,32 persen sudah tidak bersekolah lagi.
l.  Kesehatan
         Tersedianya sarana kesehatan yang cukup memadai seperti Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Poliklinik dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) sangat menunjang peningkatan kesehatan masyarakat. Selama periode Tahun 2008 hingga 2009 jumlah fasilitas kesehatan tidak mengalami perubahan, sarana tempat tidur rumah sakit berjumlah 117 buah, puskesmas induk mengalami pertambahan 1 unit sedangkan puskesmas pembantu bertambah menjadi 123 buah. Disamping penyediaan sarana kesehatan, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat usaha penyediaan tenaga kesehatan juga ditingkatkan
5. Keadaan Perekonomian
a)Perkembangan Perekonomian
         Mengacu pada perkembangan Produk Domstik Bruto (PDRB) sebagai salah satu indicator ekonomi makro , dapat dikatakan bahwa Perekonomian di Kabupaten Gowa mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan angka PDRB Atas dasar harga berlaku yang selalu mengalami peningkatan.
        Dimana kita ketahui bahwa Kabupaten Gowa merupakan daerah andalan untuk pengembangan sektor pertanian khususnya pada padi dan perkebunan. Dari upaya tersebut telah menampakkan hasil yang cukup menggembirakan hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB yang berhasil diciptakan dari semua kegiatan ekonomi di Kabupaten Gowa.
Tabel 3.Perkembangan PDRB Sulawesi Selatan dan PDRB Kabupaten Gowa atas dasar harga berlaku ,Tahun 2005-2009 (juta Rupiah)
       Tahun              PDRB Gowa                  PDRB SulSel                    Persentase
                            (RP)                            (RP)                          Gowa trhdp   SulSel                                                                                   
       2005                2.123.276,38                 52.042,72                        4,10
       2006                2.457.655,41                 60.902,82                        4,03
       2007                2.854.932,88                 69271,92                         4,12
       2008                3.473.358,11                 85.143,19                        4,08
       2009                4.309.671,25                 99.904,66                        4,20
      Rata-rata                                                                                     4,10
     Sumber : BPS,Gowa Tahun 2011
        Berdasarkan hasil perhitungan PDRB Kabupaten Gowa Pada tahun 2009 nilai PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp.4.309.671,25 milyar dan pada tahun 2008 mencapai Rp.3.473.358,11 milyar atau terjadi peningkatan.
        Dengan demikian angka tersebut Memberikan kontribusi PDRB Kabupaten Gowa terhadap PDRB Sulawesi Selatan pada tahun 2009 sekitar 4,10 persen. Ini berarti sumbangan daerah ini terhadap Perekonomian Sulawesi Selatan masih relative kecil. Rata-rata kontribusi PDRB Kabupaten Takalar terhadap Sulawesi Selatan alam kurun waktu 5 tahun juga sama sekitar 4,10 persen. Hal ini wajar, mengingat Kabupaten Gowa mempunyai potensi sumber daya alam dan luas wilayah yang relative kecil dibandingkan dengan Kabupaten/ Kota lain di Sulawesi Selatan.
b).  Pertumbuhan Ekonomi
       Salah satu indikator penting yang digunakn untuk mengamati hasil-hasil pertumbuhan .Pertumbuhan ekonomi adalah persentase perubahan nilai PDRB atas dasar harga konstan yang berhasil diperoleh pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Penggunaan angka atas dasar harga konstan dimaksudkan untuk menghindari pengaruh perubahan harga,sehingga perubahan yang diukur adalah perubahan produksi sehingga menggambarkan pertumbuhan rill ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan pertumbuhan PDRB menjadi salah satu target penting yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi. Sejak tahun 2001 pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional dihitung dengan menggunakan harga konstan 2000 sebagai tahun dasar. Di taabel 4 nampak bahwa PDRB atas dasar harga berlaku berkembang jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan PPDRB atas dasar harga konstan. Hal ini dikarenakan PDRB atas dasar harga berlaku dipengaruhi oleh harga pada tahun berjalan.
  Tabel 4 : Pekembangan dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa Tahun 2005-  2009  
   Tahun       PDRB ADHB      Perkembangan        PDRB ADHK      Pertumbuhan
                    (Juta/Rp)             (Persen)                (Juta/Rp)             (Persen)
   2005        2.123.276,38              16,02                1.369.096,51             5,74
   2006        2.457.655,41              15,75                1.453.592,57             6,17
   2007        2.854.932,88                 16,16              1.543.568,30            6,19
   2008        3.473.358,11                21,66                1.650.323,75           6,92
   2009         4.309.671,23               22,16                1.782.158,63           7,99
  Rata-rata                                      18,35                                                 6,60
Sumber : BPS, Gowa,Tahun 2011
       Selama periode 2005-2009 ,Perekonomian Kabupaten Gowa relative stabil dengan rata-rata pertumbuhan 6,60 persen per tahun. Jika dilihat dari tahun ke tahun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa tampak semakin baik yakni pada tahun 2005 tumbuh sekitar 5,74 persen, kemudian tumbuh lagi sekitar 6,17 persen pada tahun 2006, selanjutnya pada tahun 2007 tumbuh menjadi 6,19 persen dan pada tahun 2009 ini pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa mencapai angka 7,99 pesen. Dengan demikian angka prtumbuhan tersebut diperoleh semata-mata mencerminkan pertumbuhan PDRB rill yang dihasilkan oleh aktivitas perekonmomian suatu wilayah pada periode tertentu.

  Tabel 5 : Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gowa Menurut Sektor ,Tahun 2005-2009( dalam persen)
       Sektor                                   2005    2006     2007      2008      2009
     Pertanian                                    4,37       4,01       4,33       5,15        5,23
   Petambangan & penggalian        5,10       5,01       9,58       10,66      15,10
  Industri Pengolahan                   5,00       2,11       5,92       7,17        5,93
  Listrik ,gas & air bersih              4,22       3,24       6,33       7,08        7,32
  Bangunan                                   4,17       4,36       7,54       8,66        9,40
  Perdagangan                              2,31       4,18       7,63       9,42        10,29
  Angkutan                                   5,57       8,19       10,28     11,69      9,90
  Lembaga Keuangan                   8,41       9,03       12,91     12,5        15,12
  Jasa-Jasa                                     4,96       14,77     6,31       5,61        8,32
  PDRB                                        5,74       6,17       6,19       5,15        5,23
Sumber : BPS ,Gowa, Tahun2011
           Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa pada tahun 2009 sebesar 7,99 persen, lebih tinggi dibangdingkan tahun sebelumnya karena hampir semua sektor mengalami pertumbuhan.
           Selama periode tahun 2005-2009 pertumbuhan rill beberapa sektor terlihat semakin baik yakni sektor keuangan,persewaan & jasa perusahaan,sektor pertambangan & penggalian, sektorsektor perdagangan dan sektor angkutan & komunikasi. Sedangkan sektor lainnya cenderung berfluktuasi. Rata-rata  tertinggi terjadi pada sektor keuangan,persewaan & jasa perushaan 15,12 persen per tahun, kemudian diikuti sektor pertambangan & penggalian 15,10 persen dan sektor perdagangan sebesar 10,29 persen. Sedangkan rata-rata terendah terjadi disektor pertanian yakni 5,23 persen pertahun.
c). Struktur ekonomi
             Kontribusi masing-masing sektor terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan struktur perekonomian daerah pada tahun tertentu. Sektor dengan sumbangan (nilai tambah) terbesar biasanya ditetapkan sebagai sektor unggulan daerah. Dikabupaten Gowa sektor pertanian masih memberikan sumbangan terbesar terhadap total PDRB walaupun persentasinya semakin menurun akibat sumbangan sektor lainnya.
             Struktur pereknomian memberikan gambaran masing-masing sektor dalam pembentukan total PDRB suatu daerah. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula pengaruhnya sektor tersebut didalam perekonomian suatu daerah atau disebut sebagai sektor dominan ( leading sektor) .
              Struktur ekonomi dapat mempunyai pengertian yang dinamis apabila struktur ekonomi tersebut tidak dibatasi pada suatu tahun tertentu saja melainkan dalam suatu rangkaian waktu (data series) sehingga dapat dilihat proses pergeseran struktur ekonomi di wilayah tersebut.



  Tabei 6 : Struktur ekonomi Kabupaten Gowa,Tahun 2005-2009 (dalam persen)
  Sektor                                       2005       2006      2007      2008         2009
  Pertanian                                    52,16      51,48        50,85      48,78       45,65
  Pertambangan & paenggalian     0,68         0,62         0,63          0,63        0,64
  Industri pengolahan                   3,63         3,34         3,31          3,19        3,05
  Listrik,gas,& air                          1,79         1,74         1,73          1,66        1,56
  Bangunan                                   2,50         2,49         2,50          2,43        2,35
  Perdagangan                               13,51       13,40       13,61        13,48      13,35
  Angkutan & Komunikasi           5,76         5,77         5,89          5,85        5,76
  Lembaga Keuangan                   5,15         5,15         5,47          5,68        5,84
  Jasa-jasa                                      14,822     16,02       16,02        18,32      21,80
Sumber : BPS .Gowa Tahun 2011
        Struktur ekonomi Kabupaten Gowa pada kurun waktu 2005-2009 nampaknya tidak mengalami pergeseran dari tahun sebelumnya. Peranan sektor pertanian terhadap perekonomian daerah masih dominan yakni rata-rata 45,65 persen . Tingginya peranan ini ditopang oleh sub sektor tabama dengan kontribusi sebesar 42,61 persen dan sub sektor perkebuanan dengan kontribusi sebesar 1,36 persen, sektor peternakan dengan kontribusi sebesar 1,34, perikanan 0,23, dan kehutan sebesar 0,12 persen.
         Selanjutnya sektor yang mempunyai kontribusi cukup besar adalah sektor jasa-jasa dengan kontribusi sekitar 21,80 persen, kemudian sektor perdagangan, sektor lembaga keuangan dan jasa perusahaan dengan kontribusi masing-masing 13,35 persen dan 5,84 persen terhadap total PDRB Kabupaen Gowa pada tahun 2009. Sedangkan sektor Pertambangan dalam periode yang sama memberikan kontribusi yang paling kecil yakni 0,64 persen.
d). PDRB Perkapita
          PDRB perkapita merupakan angka yang dapat dibaca sebagai kemampuan daya beli masyarakat. Perekonomian yang membaik dan laju pertumbuhan penduduk yang lambat akan berdampak pada peningkatan PDRB perkapita. Namun angka tersebut belum menggambarkan penerimaan penduduk secara nyata karena angka itu hanya merupakan angka rata-rata. Walaupun demikian angka tersebut sudah dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat rata-rata tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah.
         Besaran PDRB per kapita merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran dan kesejahteraan penduduk suatu daerah /wilayah dalam kurun wakttu tertentu. Namun demikian,hal tersebut belum dapat menggambarkan peneriman penduduk secara  nyata dan merata, karena angka ini merupakan angka rata-rata dari semua penduduk. Dengan kata lain, selain indicator ini juga harus dilihat bagaimana distribusi pendapatan didaerah tersebut.
        Setiap tahun PDRB perkapita Kabupateen Gowa terus mengalami peningkatan . Dalam kurun wakttu lima tahun terakhir dari Rp 3.693.650 pada tahun 2005 menjadi Rp.6.981.294 pada tahun 2009 berarti dalam kurun waktu 2005-2009, PDRB per kapita meningkat sekitar 1,8 kali lipat.  
      Bila dibandingkan dengan PDRB perkapita Sulawesi Selatan, PDRB per kapita kabupaten Gowa masih rendah. Pada tahun 2009 PDRB per kapita Sulawesi Selatan telah mencapai Rp.12.632.537, sementara PDRB per kapita Kabupaten Gowa masih sekitar Rp6.981.294.
Tabel 7: PDRB per kapita Kabupaten Gowa dan PDRB per kapita Sulwesi Selatan , Tahun 2005-2009
     Tahun                      PDRB Gowa                  PDRB SulSel
                                      (Rupiah)                            (Rupiah)
    2005                            3.693.650                       6.128.771
    2006                            4.193.457                        7.982.347
    2007                            4.802.864                        8.996.056
    2008                            5.732.787                        10.908.767
    2009                            6.981.294                        12.632.537
  Sumber : BPS,Gowa Tahun 2011
2.   Hasil Analisis Shift Share
            Analisis Shift Share digunakan mengetahui proses pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa dikaitkan dengan perekonomian daerah yang menjadi referensi, yaitu Provinsi Sulawesi Selatan. Analisis Shift Share dalam penelitian ini menggunakan variable pendapatan, yaitu PDRB untuk menguraikan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa.
            Pertumbuhan PDRB total (Y) dapat diuraikan menjadi komponen shift dan komponen share, yaitu :
a.       Komponen Provincial Share (PS) adalah banyaknya pertambahan PDRB Kabupaten Gowa seandainya pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan Provinsi Sulawesi Selatan selama periode studi.
b.      Komponen Proportional Shift (P), mengukur besarnya net shift Kabupaten Gowa yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor PDRB Kabupaten Gowa yang berubah. Apabila P > 0, artinya Kabupaten Gowa berspesialisasi pada sector-sektor yang pada tingkat Provinsi Sulawesi Selatan tumbuh relative cepat dan apabila P < 0, berarti kabupaten Gowa berspesialisasi pada sector-sektor di tingkat provinsi Sulawesi Selatan pertumbuhannya lebih lambat atau sedang menurun.
c.       Komponen Differential Shift (D), mengukur besarnya net shift yang diakibatkan oleh sektor-sektor tertentu yang yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di Kabupaten Gowa dibandingkan dengan provinsi Sulawesi Selatan yang disebabkan oleh factor-faktor lokasional internt, seperti sumber daya yang baik akan mempunyai Differential Shift Component Positif (D > 0), sebaliknya apabila secara lokasional tidak menguntungkan akan mempunyai Differential Shift Component yang negatif (D < 0)
       Analisis penentuan sector ekonomi strategis dan memiliki keunggulan untuk dikembangkan dengan tujuan untuk memacu laju pertumbuhan Kabupaten Gowa. Untuk mengetahui spesialisasi daerah serta pertumbuhannya digunakan komponen  Provincial Share (PS), Proportional Shift (P) dan Differential Shift (D).
Tabel. 8.Hasil perhitungan Analisis Shift Share PDRB Kabupaten Gowa tahun    2005-2009
No.
Sektor
Provincial
Proportional
Differential
Total (∆Y)
Share (PS)
Shift (P)
Shift (D)
 1.   Pertanian
 2.   Pertambangan &Penggalian
 3.   Industri Pengolahan
 4.   Listrik, Gas & Air Bersih
 5.   Bangunan
 6.   Perdagangan Hotel &Restoran
 7.   Pengangkutan &   komunikasi
 8.   Keuangan Persewaan & Jasa
 9.   Jasa-jasa
207293.58
2220.25
16708.41
4095.67
12460.61
55086.90
22795.09
25497.38
63282.33
-74068.69
-1806.63
-1885.75
1824.27
10521.94
27184.30
12193.36
16140.28
8021.67
5856.29
3043.13
-2094.56
-2337.57
-9067.67
-17195.74
5786.09
9037.71
12469.50
139081.18
3456.74
12728.10
3582.37
13914.88
65075.45
40774.54
50675.37
83773.50
413062.13
Jumlah
409440.21
-1875.26
5497.18
Sumber : Hasil Olah Data shift share 2011
          Untuk mengetahui perubahan struktur atau pergeseran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor ekonomi menurut lapangan usaha selama periode 2005-2009 dengan melihat perbandingan sektor-sektor ekonomi kabupaten Gowa terhadap Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Sulawesi Selatan. Kekuatan masing-masing sektor dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB sangat tergantung kepada pertumbuhan ekonomi yaitu komponen pertumbuhan wiloayah (N), komponen bauran industri (M), dan komponen kekuatan kompetitif (C).
            Kekuatan dari masing-masing sektor tersebut dalam memberikan kontibusi terhadap PDRB sangat tergantung kepada pertumbuhan ekonomi yaitu komponen pertumbuhan wilayah (N),komponen bauran industri (M),dan komponen kekuatan kompetitif (C).

a.        Sektor Pertanian
Berdasarkan pada tabel di atas hasil perhitungan shift  share, jumlah provincial share dari sembilan sektor sebesar 409.440,21. Sektor  pertanian total pertumbuhan PDRBnya sebesar 139.081,18 dengan nilai  komponen  P mengalami negatif sebesar  -74.068,69 yang menunjukkan  bahwa  sektor  ini merupakan  sektor  yang  tumbuh lambat di tingkat  Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan  nilai  komponen  D mengalami positif sebesar  5.856,29, berarti  bahwa  sektor  pertanian  mempunyai  daya  saing  yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat daripada Provinsi.
b.        Sektor pertambangan dan penggalian
Pertumbuhan PDRB total sektor pertambangan dan penggalian dari analisis Shift Share sebesar 3.456,74 dengan nilai komponen P sektor pertambangan dan penggalian yang negatif sebesar -1.806,63 berarti  bahwa  sektor  ini  tumbuh  lambat  di tingkat  Provinsi  Sulawesi Selatan. Sedangkan nilai  komponen  D  mengalami positif  sebesar 3.456,74, berarti bahwa sektor ini mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan pertumbuhan di Provinsi.
c.         Sektor Industri Pengolahan
Berdasarkan pada tabel di atas hasil perhitungan shift  share, jumlah Provincial Share dari sembilan sektor sebesar 409.440,21, Proportional Shift sebesar -1.875,26, Differential Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan PDRB total sektor industri pengolahan dari analisis Shift Share sebesar 12.728,10 dengan nilai komponen P sektor industri pengolahan mengalami negatif sebesar -1.885,75, berarti  bahwa  sektor  ini  tumbuh  lambat  di tingkat  Provinsi  Sulawesi Selatan. Begitupun dengan nilai komponen D mengalami negatif  sebesar -2.094,56, berarti bahwa sektor ini tidak mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih lambat dibanding pertumbuhan di Provinsi.
d.        Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Berdasarkan pada tabel di atas hasil perhitungan shift  share, jumlah Provincial Share dari sembilan sektor sebesar 409.440,21, Proportional Shift sebesar -1.875,26, Differential Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan PDRB total sektor listrik, gas dan air bersih dari analisis Shift Share sebesar 3.582,37 dengan nilai komponen P sektor Listrik, gas dan air bersih mengalami positif sebesar 1.824,27, berarti  bahwa  sektor  ini  tumbuh cepat di tingkat  Provinsi  Sulawesi Selatan. Sedangkan nilai komponen D mengalami negatif  sebesar -2.337,57, berarti bahwa sektor ini tidak mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih lambat dibanding pertumbuhan di Provinsi.
e.         Sektor Bangunan
Berdasarkan pada tabel di atas hasil perhitungan shift  share, jumlah Provincial Share dari sembilan sektor sebesar 409.440,21, Proportional Shift sebesar -1.875,26, Differential Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan PDRB total sektor bangunan analisis Shift Share sebesar 13.914,88 dengan nilai komponen P sektor bangunan mengalami positif sebesar 10.521,94, berarti  bahwa  sektor  ini  tumbuh cepat di tingkat  Provinsi  Sulawesi Selatan. Sedangkan nilai komponen D mengalami negatif  sebesar -9.067,67, berarti bahwa sektor ini tidak mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih lambat dibanding pertumbuhan di Provinsi.
f.              Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pada tabel 7 hasil perhitungan shift  share, jumlah Provincial Share dari sembilan sektor sebesar 409.440,21, Proportional Shift sebesar -1.875,26, Differential Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan PDRB total sektor perdagangan, hotel dan restoran analisis Shift Share sebesar 65.075,45 dengan nilai komponen P sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami positif sebesar 27.184,30, berarti  bahwa  sektor  ini  tumbuh cepat di tingkat  Provinsi  Sulawesi Selatan. Sedangkan nilai komponen D mengalami negatif  sebesar -17.195,74, berarti bahwa sektor ini tidak mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih lambat dibanding pertumbuhan di Provinsi.
g.        Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pada tabel 7 hasil perhitungan shift  share, jumlah Provincial Share dari sembilan sektor sebesar 409.440,21, Proportional Shift sebesar -1.875,26, Differential Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan PDRB total sektor pengangkutan dan komunikasi analisis Shift Share sebesar 40.774,54 dengan  nilai komponen P sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami positif sebesar 12.193,36, berarti  bahwa  sektor  ini  tumbuh cepat di tingkat  Provinsi  Sulawesi Selatan. Begitupun nilai komponen D mengalami positif sebesar 5.786,09, berarti bahwa sektor ini mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat dibanding pertumbuhan di Provinsi.

h.        Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Berdasarkan pada tabel di atas hasil perhitungan shift  share, jumlah Provincial Share dari sembilan sektor sebesar 409.440,21, Proportional Shift sebesar -1.875,26, Differential Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan PDRB total sektor bangunan analisis Shift Share sebesar 50.675,37 dengan nilai komponen P sektor keuangan persewaan dan jasa mengalami positif sebesar 16.140,28, berarti  bahwa  sektor  ini  tumbuh cepat di tingkat  Provinsi  Sulawesi Selatan. Begitupun nilai komponen D mengalami positif  sebesar 9.037,71, berarti bahwa sektor ini mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat dibanding pertumbuhan di Provinsi.
i.          Sektor Jasa-Jasa
Pada tabel 7 hasil perhitungan shift  share, jumlah Provincial Share dari sembilan sektor sebesar 409.440,21, Proportional Shift sebesar -1.875,26, Differential Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan PDRB total sektor jasa-jasa analisis Shift Share sebesar 83.773,50 dengan  nilai komponen P sektor jasa-jasa mengalami positif sebesar 8021,67, berarti  bahwa  sektor  ini  tumbuh cepat di tingkat  Provinsi  Sulawesi Selatan. Begitupun nilai komponen D mengalami positif  sebesar 12469,50, berarti bahwa sektor ini mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat dibanding pertumbuhan di Provinsi.
Berdasarkan pembahasan perhitungan analisis shift share PDRB Kabupaten Gowa selama periode penelitian tahun 2005 s.d 2009 pada tabel di atas, terdapat nilai proporsional (P) positif, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan,hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan persewaan dan Jasa, serta sektor jasa-jasa.  Sektor-sektor yang memiliki nilai P negatif, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan.
Nilai Differential Shift perekonomian Kabupaten Gowa dari tahun 2005 s.d 2009 menunjukkan terdapat sektor-sektor ekonomi yang tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor-sektor ekonomi yang sama di tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Sektor-sektor ekonomi tersebut adalah sektor jasa-jasa dengan nilai D sebesar 12.469,50, sektor keuangan persewaan & jasa dengan nilai D sebesar 9037,71, sektor pertanian dengan nilai D sebesar 5856,29, sektor pengangkutan dan komunikasi dengan nilai D sebesar 5786,09, serta sektor pertambangan & penggalian dengan nilai D sebesar 3043, 13.
Sedangkan sektor-sektor ekonomi dengan nilai D negatif, berarti sektor tersebut tumbuh lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di tingkat provinsi. Sektor-sektor tersebut adalah sektor industri pengolahan,sektor listrik, gas & air bersih, sektor bangunan, serta sektor perdagangan, hotel & restoran.
  Pergeseran sektor yang terjadi pada PDRB Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 9 Dibawah ini.





Tabel 9 : Kontribusi  Sektor  PDRB  Kabupaten  Gowa Tahun 2005-2009 (dalam persen)
Lapangan Usaha
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Primer





Pertanian
52,16
51,48
50,85
48,78
45,65
Pertambangan & Penggalian
0,68
0,62
0,63
0,63
0,64
Jumlah
52,84
52,1
51,48
49,41
46,29
Sekunder





Industri Pengolahan
3,63
3,34
3,31
3,19
3,05
Listrik, Gas & Air Bersih
1,79
1,74
1,73
1,66
2,75
Bangunan
2,5
2,49
2,5
2,43
2,51
Jumlah
7,92
7,57
7,54
7,28
8,31
Tersier





Perdagangan Hotel & Restoran
13,51
13,4
13,61
13,48
13,75
Pengangkutan & komunikasi
5,76
5,77
5,89
5,85
6,75
Keuangan Persewaan & Jasa
5,15
5,15
5,47
5,68
5,43
Jasa-jasa
14,82
16,02
16,02
18,32
19,47
Jumlah
39,24
40,34
40,99
43,33
45,4
Total
100
100
100
100
100






Sumber : Badan Pusat Statistik 2011 telah di Olah
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa Pergeseran  sektor  PDRB  Kabupaten  Gowa dari tahun  2005 s.d 2009,  sebagaimana  tercantum  pada  Tabel  di atas, menunjukkan  sektor  sekunder  dan  tersier  mengalami  kenaikan  kontribusi  terhadap PDRB, sedangkan sektor  primer  justru menurun. Kenaikan kontribusi yang cukup signifikan adalah pada sektor tersier dari 39,24 persen tahun 2005 menjadi 45,4 persen tahun 2009,  terutama  disebabkan  oleh  kenaikan  kontribusi  melalui  sektor  jasa-jasa dari 14,82 persen menjadi 19,47 persen.
Sektor primer mengalami penurunan kontribusi dari 52,84 persen menjadi 46,29 persen, terutama disebabkan oleh menurunnya kontribusi sektor  pertanian dari 52,16 persen menjadi 45,65 persen. Sedangkan  sektor  sekunder  walaupun mengalami  pergeseran, akan tetapi tidak terlalu berarti ,demikian juga pada sektor tersier.
Dengan melihat kontribusi dari masing-masing sektor ekonomi tersebut,maka pemerintah Kabupaten Gowa sebagai pengambil kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah seharunya melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan peranan dari sektor-sektor ekonomi dan memiliki daya saing.
Pergeseran sektor yang terjadi pada PDRB Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 10. Dibawah ini.
Tabel 10: Pertumbuhan Sektoral PDRB  Kabupaten  Gowa Tahun 2005-2009 (dalam persen)
Lapangan Usaha
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Primer





Pertanian
4,37
4,01
4,33
5,15
5,23
Pertambangan & Penggalian
-5,1
5,01
9,58
10,66
15,1
Jumlah
-0,73
9,02
13,91
15,81
20,33
Sekunder





Industri Pengolahan
5
2,11
5,92
7,17
5,93
Listrik, Gas & Air Bersih
4,22
3,24
6,33
7,08
7,32
Bangunan
4,17
4,36
7,52
8,66
9,4
Jumlah
13,39
9,71
19,77
22,91
22,65
Tersier





Perdagangan Hotel & Restoran
12,31
4,18
7,63
9,42
10,29
Pengangkutan & komunikasi
5,57
8,19
10,28
11,69
15,19
Keuangan Persewaan & Jasa
8,41
9,03
12,91
12,5
15,12
Jasa-jasa
4.06
14,77
6,31
5,61
8,32
Jumlah
30,35
36,17
37,13
39,22
48,92
Total
5,74
6,17
6,19
6,92
7,99






Sumber : Badan Pusat Statistik 2011 telah di Olah
            Pertumbuhan rill setiap sektor  selama periode tahun 2005-2009 sangat berfluktuasi . Dimana sembilan sektor perekonomian pada tahun 2009 sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 15,19 persen. Sedangkan sektor pertanian mengalami pertumbuhan terendah yakni 5,23 persen.
            Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan melambat yaitu dari 5,61 persen menjadi 8,32 persen. Padahal pada tahun sebelumnya sektor ini merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi. Pertumbuhan ekonomi kabupaten  tanaman Gowa pada tahun 2009 sebesar 7,99 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya karena hampir semua sektor mengalami pertumbuhan.
a.  Sektor pertanian
            Pada tahun 2009 sektor pertanian tumbuh sebesar 5,23 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan positif ini tidak lepas dari peran sub sektor didalamnya. Dari lima sub sektor , semuanya mengalami pertumbuhan meskipun pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan mengalami sedikit perlambatan akibat beberapa komoditi  tanaman mengalami penurunan dalam jumlah produksi.
            Sub sektor tanaman bahan pangan mengalami pertumbuhan sebesar 5,29 persen, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan produksi tanaman padi, jagung, ubi jalar,ubi kayu, dan tanaman bahan makanan lainnya mengalami kenaikan. Begitun pula dengan sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan, dan sub sektor perikanan, ketiganya mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 4,45 persen, 3,89 persen, dan 4,93 persen.
b.  Sektor pertambangan dan penggalian
            Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 15.10 persen pada tahun 2009, naik cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 10,66 persen. Pertumbuhan ini merupakan prtumbuhan sub sektor penggalian saja, dimana Kabuapten Gowa dikenal dengan sumber daya penggaliannya yaitu bahan galian golongan C yang juga didistribusikan ke kabupaten-kabupaten lainnya.
c.  Sektor Industri pengolahan
            Sektor industri pengolahan tumbuh 5,93 persen, melambat dibandingkan tahun 2008 yang tumbuh sebesar 7,17 persen. Perlambatan ini disebabkan hampir semua sib sektor mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 sub sektor makanan ,minuman, dan tembakau mengalami pertumbuhan 6,44 persen, sub sektor tekstil,barang kulit dan alas kaki tumbuh 5,85 persen, sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya 3,43 persen, kertas dan barang cetakan 4,88 persen,pupuk kimia dan barang dari karet 3,92 persen, semen dan barang galian bukan logam 2,68 persen, logam dasar besi dan baja 2,89 persen.
d.  Sektor listrik gas dan air bersih
            Sektor listrik ,gas dan air bersih mengalami petumbuhan cukup tinggi pada tahun 2009, yaitu 7,33 persen, dimana sub sektor listrik tumbuh 7,29 persen sedangkan sub sektor air bersih tumbuh 8,0 persen. Hal ini sejalan dengan maraknya pembangunan perumahan-perumahan baru dibeberapa kecamatan somba opu,pallangga dan barombong.

e.Sektor bangunan
            Pembanguan rumah tinggal dan rumah ruko yang demikian pesat, ditambah renovasi dan pembanguan kantor-kantor baru serta beberapa infrastruktur seperti pembanguan syckh yusuf discovery disungguminasa, membuat sektor banguanan mengalami pertumbuhan yang cukip signifikan yaitu 9,40 persen dimana tahun sebelumnya sudah tumbuh cukup tinggi yaitu 8,86 persen.
f.  Sektor perdagangan
            Sektor perdagangan , hotel, dan restoran pun pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 9,42 persen pada tahun 2008 menjadi 10,29 persen. Sub sektor perdagangan besar dan eceran mengalami pertumbuhan paling tinggi yaitu 11,11 persen. Sub sektor hotel tumbuh 5,97 persen. Sebagaimana diketahui hotel dan penginapan hanya berada didaerah malino saja di Kabupaten Gowa. Sedangkan sub sektor restoran tumbuh sebesar 7,16 persen. Hal ini sejalan dengan semakin banyak tempat-tempat makan yang baru dibuka beberapa tempat khususnya disugguminasa.
g.  Sektor angkutan dan komunikasi
            Pertumbuhan sektor transportasi pun cukup tinggi pada tahun 2009 ini yaitu 9,90 persen untuk sub sektor angkutan jalan raya. Begitu pula dengan sub sektor jasa penunjang angkutan seperti terminal mengalami pertumbuhan yang hampir sama besarnya yaitu 9,78 persen. Sementara ini sub sektor pos dan telekomunikasi mengalami pertumbuhan yang paling tinggi pada tahun 2009 ini, yaitu 18,46 persen.
h.  Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
            Sektor ini mengalami pertumbuhan tertinggi kedua setelah angkutan dan komunikasi . Pada tahun 2009 ini sektor tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 15,12 persen dimana tahun sebelumnya tumbuh 12,50 persen. Pertumbuahn tertinggi diberikan oleh sub sektor bank, yaitu 28,28 persen. Sub sektor lembaga keuangan tanpa bank tumbuh 8,14 persen,sub sektor sewa bangunan 14,18 persen dan jasa perusahaan  7,89 persen.
i. Sektor jasa-jasa
            Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada tahun 2009 sebesar 8,32 persen dari 5,61 persen pada tahun sebelumnya. Sektor ini terdiri dari 2 sub sektor yaitu sub sektor pertumbuhan umum dan sub sektor swasta. Sub sektor pemerintahan umum mengalami pertumbuhan yang tinggi yaitu 8,42 persen sedangkan sub sektor swasta tumbuh 6,92 persen.
Dengan demikian Pergeseran  sektor  PDRB  Kabupaten  Gowa dari tahun  2005 s.d 2009,  sebagaimana  tercantum  pada  Tabel  di atas, menunjukkan  sektor  sekunder  dan  tersier  mengalami  kenaikan  Pertumbuhan terhadap PDRB, sedangkan sektor  primer  juga mengalami peningkatan. Kenaikan Pertumbuhan yang cukup signifikan adalah pada sektor tersier dari 30,35 persen tahun 2005 menjadi 48,92 persen tahun 2009,  terutama  disebabkan  oleh  kenaikan  Pertumbuhan  melalui  sektor  jasa-jasa dari 4,06 persen menjadi 8,32  persen.
Sektor primer mengalami Peningkatan Pertumbuhan dari -0,73 persen menjadi 20,33 persen, terutama disebabkan oleh meningkatnya Pertumbuhan sektor  pertanian dari 4,37 persen menjadi 5,23 persen. Sedangkan  sektor  sekunder  juga mengalami peningkatan dari tahun 2005 yaitu 13,39 persen dan pada tahun 2009 menjadi 22,65 persen.















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A.      Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan perhitungan dengan metode Shift Share pada sektor–sektor ekonomi di Kabupaten Gowa yang dianalisis dari kurun waktu tahun 2005-2009 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :. 
1.    Berdasarkan analisis Shift Share Perubahan atau pergeseran sektor ekonomi Kabupaten Gowa menunjukkan  bahwa  sektor  yang mengalami Proportional Shift (P) yang tumbuh cepat di provinsi (Positif)  yaitu sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan; sektor perdagangan,hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan persewaan dan Jasa; serta sektor jasa-jasa; kemudian sektor yang mengalami Proportional Shift (P) tumbuh lambat di provinsi (negatif), yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; serta sektor industri pengolahan. Dan sektor yang nilai Differential Shift (D) yang pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan sektor-sektor ekonomi yang sama di tingkat Provinsi (Positif) yaitu sektor jasa-jasa; sektor keuangan persewaan dan jasa; sektor pertanian; sektor pengangkutan dan komunikasi; serta sektor pertambangan dan penggalian; Pergeseran  sektor  PDRB  Kabupaten  Gowa menunjukkan  sektor  sekunder  dan  tersier  mengalami  kenaikan  kontribusi  terhadap PDRB, sedangkan sektor  primer  justru menurun.
2.    Berdasarkan hasil perhitungan dari alat analisis menunjukkan bahwa potensi sektor perekonomian kabupaten gowa adalah sektor jasa-jasa; sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan persewaan dan jasa;
B.       Saran
Dari kesimpulan yang telah dikemukakan serta dikaitkan dengan era globalisasi dan otomi daerah, dimana diharapkan kemandirian dan inisiatif dari daerah untuk membangun potensi daerahnya maka penulis menyarankan beberapa hal berikut ini:
1. Bagi pemerintah Kabupaten Gowa agar lebih memaksimalkan potensi sektor-sektor perekonomian yang potensial dalam rangka miningkatkan pembangunan ekonomi daerah serta miningkatkan kualitas produksi sehingga memiliki daya saing. Sektor potensial tersebut adalah sektor jasa-jasa; sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan persewaan dan jasa yang sangat memungkinkan untuk mengembangkan sektor tersebut.
2. Memantapkan dan meningkatkan sektor-sektor ekonomi non unggulan di Kabupaten Gowa agarmampu memberdayakan sumber daya manusianya. Sektor-sektor non unggulan yang potensial tersebut diantaranya sektor industri pengolahan, sektor Bangunan dan Sektor perdagangan hotel dan Retoran. Ketiga sektor tersebut apabila dikembangkan akan mampu meningkatkan kualitas sektor unggul dan potensial guna meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Gowa
DAFTAR PUSTAKA


Arsyad, lincolin. 1999. Pengantar Prencanaan dan Pembangunan Ekonomi daerah. Yogyakarta: BPF
BPS Kabupaen Gowa.2009.Produk domestic regional bruto(PDRB).Gowa
BPS Kabupaen Gowa.2008.Produk domestic regional bruto(PDRB).Gowa
BPS Kabupaen Gowa.2007.Produk domestic regional bruto(PDRB).Gowa Badan Pusat Statistik, 2010. Sul-Sel Dalam Angka.Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Selatan 2005-2009
Jhingan,M.L.2008.Ekonomi pembangunan dan perencanaan.Jakarta:PT.Radja Grafindo Persada
Riduwan.Akdon dkk.2005.Rumus dan data dalam aplikasi statistika.Bandung:Alfabeta
Sukirno,sadono.Ekonomi pemangunan.Jakarta:Kencana Prenada  Media
Suryana.2000.Ekonomi pembangunan “Teori dan aplikasi”.Jakarta:PT.Salemba Empat
Tarigan ,Robinson.2005.Ekonomi regional , “ Teori dan Aplikasi”.Jakarta: PT.Bumi Aksara
Hadijah.2008. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi l di Sulawesi Selatan Periode 2005-2007. Skripsi.  Makassar: Universitas Hasanuddin
Djojohadikusumo, Sumitro.1994. perkembangan pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan Dan Ekonomi pembangunan.jakarta: PT Pustaka LP3ES
Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Cetakan Pertama, Padang.
Tambunan, Tulus T. H, 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori & Penemuan Empiris. Salemba Empat Jakarta.
Tarigan, Robinson, 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, PT. Bumi   Aksara, Cetakan Keempat, Jakarta.
Todaro, M.P. 2000. Pembangunan Ekonomi 1. Edisi Kelima. Terjemahan. Bumi Aksara, Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar