BAB
I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi nasional dan daerah merupakan
suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah. Namun tidak bisa di pungkiri keterlibatan masyarakatpun sangat berperan penting untuk mewujudkan suatu
kegiatan ekonomi yang seimbang, dengan mengelola dan memanfaatkan sumber daya
yang ada secara optimal untuk merangsang perkembangan ekonomi. Salah satu
indikator keberhasilan pembangunan ekonomi disuatu daerah dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut serta semakin kecilnya ketimpangan
distribusi pendapatan masyarakat, sebab daerah merupakan bagian internal dari
suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi digambarkan sebagai proses kenaikan output suatu daerah/ negara pada periode waktu tertentu. Disamping itu ,meningkatnya pendapatan perkapita dianggap mampu memecahkan berbagai masalah sosial ekonomi seperti pengangguran ,kemiskinan, dan ketimpangan distribusi. Dalam hal ini , dua sisi menjadi perhatian yaitu sisi output total (PDRB) dam jumlah penduduk.
Dimensi lain dari defenisi pertumbuhan perekonomian
adalah periode waktu.Kenaikan output perkapita selama satu atau dua tahun yang
kemudian di ikuti penurunan secara drastis bukanlah pertumbuhan perekonomian.Suatu
daerah atau negara mendapat legalisasi mengalami pertumbuhan ekonomi bila
selama series tertentu memiliki treend positif dalam pertumbuhan output perkapita.
Upaya percepatan pertumbuhan tidak terlepas dari potensi yang dikelola dan
diberdayakan sesuai kemampuan dan prospek yang dimiliki.
Struktur perekonomian merupakan suatu susunan sektor perekonomian yang
menjelaskan mengenai komposisi produk nasional yang menunjuk pada peranan
sektor produksi primer, sektor sekunder, sektor tersier dan sumbangan
masing-masing sektor terhadap pembentukan produk nasional atau pendapatan
nasional.
Dalam analisis struktur
perekonomian tingkat perubahan struktur dan sektoral berkaitan erat dengan
proses pertumbuhan ekonomi. Indonesia merupakan negara kesatuan, dimana rencana
pembangunan meliputi rencana nasional maupun rencana regional. Pembangunan
(ekonomi) nasional mempunyai dampak atas struktur perekonomian nasional dan
struktur perekonomian daerah, Pembangunan yang berorientasi pada industri,
menyebabkan prestasi sektor industri baik di tingkat nasional maupun di tingkat
daerah menjadi lebih maju. Hal ini dapat dilihat pada variabel seperti
pendapatan,kesempatan kerja,penyerapan tenaga kerja,dan nilai tambah sebagai
proporsi sebelumnya dalam struktur perekonomian nasional maupun struktur perekonomian
daerah selama kurun waktu tertentu. Salah satu kegunaan dari angka PDRB adalah
untuk mengetahui sruktur perekonomian suatu wilayah. Dengan analisis struktur perekonomian
ini dapat diketahui besarnya persentase atau kontribusi setiap sector terhadap
pembentukan PDRB suatu wilayah pada tahun tertentu. Struktur ekonomi dapat
mempunyai pengertian yang dinamis apabila sruktur perekonomian tersebut tidak
dibatasi pada suatu tahun tertentu saja melainkan dalam suatu rangkaian
waktu (data series) sehingga dapat dilihat proses pegeseran dan struktur perekonomian
diwilayah tersebut.
Peranan sektor ekonomi menujukkan struktur perekonomian
yang terbentuk di suatu daerah, yang dinyatakan dalam persentase. Struktur perekonomian
suatu daerah akan mengalami pergeseran sejalan
dengan aktifitas pembangunan yang dilaksanakan, khususnya
pembangunan
di bidang ekonomi.
Kabupaten Gowa sebagai suatu daerah yang sedang berkembang,dimana Struktur dan pergeseran perekonomian
mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan perekonomian,ini dapat dilihat
dari kontribusi masing-masing sektor dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) seperti yang terlihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. PDRB Kabupaten Gowa Tahun 2005 – 2009
Tahun
|
PDRB
adh Berlaku
(milyar Rp)
|
Perkembangan
(persen)
|
PDRB
adh konstan
(milyar Rp)
|
Pertumbuhan
(persen)
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
2005
|
2.123.276,38
|
16,02
|
1.369.096,51
|
5,74
|
2006
|
2.457655,41
|
15,75
|
1.453.592,57
|
6,17
|
2007
|
2.854.932,88
|
16,16
|
1.543.568,30
|
6,19
|
2008
|
3.473.358,11
|
21,66
|
1.650.32,75
|
6,92
|
2009
|
4.309.671,23
|
22,16
|
1.782.158,63
|
7,99
|
Rata-Rata
|
3.043.778,8
|
18.35
|
1.559.747,95
|
6,60
|
Sumber: BPS Kab. Gowa
2011
Selama
periode 2005-2009 perekonomian Kabupaten Gowa relatif stabil dengan
rata-rata pertumbuhan 6,60 persen
per tahun.Jika dilihat dari tahun ke tahun pertumbuhan ekonomi kabupaten Gowa tampak semakin
baik yakni pada tahun 2005 tumbuh sekitar 5,74 persen,kemudian tumbuh lagi sekitar 6,17 persen pada
tahun 2006,selanjutnya pada tahun 2007 tumbuh menjadi 6,19 persen dan pada
tahun 2009 ini pertumbuhan perekonomian kabupaten Gowa mencapai angka 7,99 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
pertumbuhan perekonomian Kabupaten Gowa masih dapat ditingkatkan.
Salah
satu kegunaan dari Angka PDRB adalah untuk mengetahui Stuktur Perkonomian Suatu
wilayah, dengan Analisis struktur Perekonomian ini dapat di ketahui besrnya
persentase atau kontribusi setiap sektor Terhadap pembentukan PDRB suatu
wilayah pada tahun tertentu.struktur ekonomi dapat mempunyai pengertian yang dinamis
Apabila struktur ekonomi tersebut tidak di batasi pada suatu tahun tertentu
saja, melainkan dalam suatu rangakaian waktu sehingga dapat di lihat proses
pergeseran struktur ekonomi di wilyah tersebut.
Untuk jangka panjang struktur ekonomi menunjukkan arah dan
keberhasilan pembangunan ekonomi dengan melihat transformasi ekonomi yang
terjadi.
Struktur
perekonomian Kabupaten Gowa dapat dilihat dari peranan masing-masing sektor
dalam sumbanganya/kontribusi
terhadap PDRB total Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) seperti yang terlihat pada tabel 2
berikut ini.
Tabel 2.Struktur perekonomian Kabupaten
Gowa Tahun 2005-2009 (dalam persen)
Lapangan
usaha
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
1. Pertanian
2. Pertambangan/Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, gas dan air bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, hotel dan restoran
7. Angkutan dan komunikasi
8. Keu, persewaan, & jasa perus
9. Jasa-jasa
|
52,16
0,68
3,63
1,79
2,50
13,51
5,76
5,15
14,82
|
51,48
0,62
3,34
1,74
2,49
13.40
5,77
5,15
16,02
|
50,85
0,63
3,31
1,73
2,50
13,61
5,89
5,47
16,02
|
48,78
0,63
3,19
1,66
2,43
13,48
5,85
5,68
18,32
|
45,65
0,64
3,05
2,75
2,51
13,75
6,75
5,43
19,47
|
PDRB
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
Sumber: BPS Kab. Gowa 2011
Struktur
Perkonomian kabupaten Gowa pada Tahun 2008 masih Bertumpuh Pada sektor
Pertanian dengan kontribusi 45,65 persen. Ini menunjukkan bahwa perkonomian
kabupaten Gowa masih mengandalkan sektor ini. Penyumbang terbesar ke-2 adalah
Sektor Jasa-jasa dengan kontribusi sebesar 19,47 persen, di Susul Oleh sektor
Perdangangan,Hotel dan restoran 13,75 persen. Kemudian Sektor Angkutan dan
komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Masing-masing
dengan Kontribusi 6,75 persen dan 5,43 persen.sedangkan sektor pertambangan dan
penggalian mempunyai kontribusi terkecil yakni 0,64 Persen.
Sektor-sektor tersebut tidak hanya memberikan kontribusi dalam
pembentukan produk nasional maupan domestic saja, tetapi juga memberikan
lapangan kerja utama bagi penduduk. Sektor-sektor ekonomi yang mampu menyerap
tenaga kerja dan dapat dijadikan indikasi pertumbuhan perekonomian nasional dan
domestik ada 9 (Sembilan) sektor yaitu : (1) sektor pertanian; (2) sektor
pertambangan dan penggalian; (3) sektor industri dan pengolahan; (4) sektor
listrik dan air; (5) sektor bangunan; (6) sektor perdagangan, hotel dan
restoran; (7) sektor angkutan dan komunikasi; (8) sektor keuangan dan
perusahaan; (9) sektor jasa-jasa.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi kabupaten gowa yang
dilihat dari pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir memperlihatkan
perkembangan yang cukup membaik. Secara sektoral pertumbuhan ekonomi kabupaten
gowa ditopang oleh pertumbuhan sektor pertanian. Berdasarkan data di atas,
dapat diketahui bahwa kabupaten Gowa mengandalkan sektor pertanian sebagai
sektor ekonomi yang cukup potensial untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Gowa.
Dengan
adanya Peningkatan pembangunan daerah dan strategi perencanaan yang matang,maka
pemerintah mampu melihat struktur perekonomiannya. Dari latar belakang masalah
yang telah diuraikan, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “ANALISIS STRUKTUR DAN PERGESERAN
PEREKONOMIAN DI KABUPATEN GOWA”
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana
perubahan struktur perekonomian di Kabupaten Gowa ?
2. Apakah
struktur perekonomian di kabupaen gowa mengalami pergeseran?
c. Tujuan penelitian
Adapun tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui bagaimana pergeseran perekonomian
di Kabupaten Gowa.
2. Untuk
mengetahui Struktur perekonomian mana yang mengalami pergeseran di Kabupaten
Gowa.
d.
Manfaat Hasil Penelitian
Setelah selesainya
penelitian ini diharapakan bermanfaat untuk:
1. Bagi
pemerintah Diharapkan menjadi
tambahan informasi sekaligus bahan evaluasi agar lebih memantapkan peran
perencanaan pembangunan daerah pada tahun-tahun mendatang.
2. Bagi penulis
Penelitian ini merupakan penerapan dari teori-teori akademis yang telah
diperoleh selama studi di perguruan tinggi , sekaligus sebagai tolok ukur
pribadi tentang keilmuan yang diterima selama ini, dan juga sebagai tugas akhir
yang merupakan syarat dalam meraih gelar kesarjanaan dalam bidang Pendidikan
Ekonomi Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi di Universitas Negeri
Makassar.
3.
Bagi Peneliti Lainnya
Sebagai bahan informasi untuk penelitian
yang relevan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Perencanaan Ekonomi
a. Definisi Perencanaan
Ekonomi
Istilah perencanan pembangunan (ekonomi) sudah
sangat umum kita dengar dalam pembicaraan sehari-hari. Namun demikian, hampir
semua buku teks tentang perencanan memberikan pengertian yang berbeda-beda, dan
diantara para ekonom pun belum ada kesepakatan tentang pengertian istilah
perencanaan ekonomi tersebut.
Dalam Jhingan (2008), dijelaskan beberapa pengertian
perencanaan ekonomi menurut para ahli, diantaranya:
1.
Prof.Robbins, “Perencanaan Ekonomi adalah “pengawasan atau pengendalian secara
kolektif atas seluruh kegiatan swasta dibidang produksi dan pertukaran”
2.
Hayer, “Perencanaan berarti “pengaturan kegiatan produktif oleh penguasa
pusat”
3.
Dr. Dalton, “perencanaan ekonomi dalam pengertian yang paling luas adalah
pengaturan dengan sengaja oleh orang yang berwenang mengenai sumber-sumber
kengiatan ekonomi kearah tujuan yang ditetapkan”.
4.
Lewis Lordwin, Mengartikan perencanaan ekonomi sebagai berikut: “suatu
rencana pengorganisasian perekonomian
dimana pabrik, perusahaan, dan industri yang terpisah-pisah dianggap sebagai unit-unit
terpadu dari satu system tunggal dalam rangka memanfaatkan sumber yang tersedia
untuk mencapai kepuasan kebutuhan rakyat dalam waktu yang telah ditentukan”.
5.
Zweig, “perencanaan ekonomi mencakup perluasan fungsi penguasa Negara
sampai ke pengorganisasian dan pemanfaatan sumber-sumber ekonomi”. perencanaan
mengandung arti dan mengarah kepada pemusatan perekonomian nasional.
6.
Dickison, Mengartikan perencanaan sebagai: ”pengambilan keputusan utama
ekonomi tentang apa dan berapa banyak,bagaimana, bila, dan dimana akan
diproduksi, serta buat siapa akan dialokasikan, oleh badan pengambil keputusan
yang berwenang atas dasar pengamatan menyeluruh terhadap system perekonomian
sebagai satu kesatuan”.
Walaupun tidak ada
kebulatan pendapat, namun perencanaan ekonomi sebagaimana difahami oleh
sebagian ahli ekonomi mengandung arti “pengendalian dan pengaturan perekonomian
dengan sengaja oleh suatu penguasa pusat untuk mencapai suatu sasaran dan
tujuan tertentu didalam jangka waktu tertentu pula”. (Jhingan 1999:518)
Dalam
Arsyad (1999:112) “Perencanaan merupakan proses yang berkesinambungan dan
mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif
penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang
akan datang”.
Berdasarkan definisi tersebut berarti ada empat
dasar perencanaan, yaitu:
a. Merencanakan
berarti memilh
b. Perencanaan
merupakan alat pengalokasian sumber daya
c. Perencanaan
merupakan alat untuk mencapai tujuan
d. Perencanaan
untuk masa depan
Perencanaan sebenarnya merupakan suatu proses yang
berkesinambungan dari waktu ke waktu dengan melibatkan kebijaksanaan dari
pembuat keputusan berdasarkan sumber daya yang tersedia dan disusun secara
sistematis.
Walaupun tidak ada kesepakatan diantara para ekonom
berkenaan dengan istilah perencanaan ekonomi, sebagian besar ekonom menganggap
perencanaan ekonomi mengandung arti pengendalian dan pengaturan perekonomian
dengan sengaja oleh pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu di
dalam jangka waktu tertentu pula.
b. Fungsi Perencanaan Ekonomi
Dalam beberapa buku literatur perencanaan
pembangunan, pembahasan tentang pentingnya perencanaan ini sering dikaitkan
dengan pembangunan itu sendiri. Dengan demikian, pembahasan tentang pentingnya
aspek perencanaan yang dikaitkan dengan aspek pembangunaan dapat
diklasifikasikan menjadi dua topik utama, yaitu:
a. Perencanaan sebagai alat dari pembangunan
b.Pembangunan
sebagai tolok ukur dari berhasil tidaknya perencanaan tersebut.
Perencanaan dianggap sebagai alat pembangunan karena
perencanaan memang merupakan alat strategis dalam menuntun jalannya
pembangunan. Suatu perencanaan yang disusun secara acak-acakan dan tidak
memperhatikan aspirasi sasaran, maka pembangunan yang dihasilkan juga tidak
seperti yang diharapkan.
Sementara itu Arsyad
menjelaskan fungsi-fungsi perencanaan sebagai berikut:
a.
Dengan perencanaan diharapkan terdapat suatu penghargaan, adanya pedoman bagi
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada tujuan pembangunan.
b.
Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi,
prospek-prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada
masa yang akan datang.
c.
Perencanaan memberikan kesempatan untuk diadakan pilihan yang terbaik.
d.
Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya
tujuan.
e.
Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan evaluasi.
c.
Proses Perencanaan Ekonomi
Proses perencanaan merupakan hal mendasar yang harus
diperhatikan oleh para pembuat
keputusan, adapun proses perencanaan ekonomi tersebut menurut Arsyad (1999)
dibagi ke dalam 4 tahap, yaitu:
1.
Pada tahap ini ditetapkan tujuan oleh para pemimpin politik, serta prioritas-
prioritas tujuan untuk mengarahkan para perencana jika terjadi konflik tujuan.
2.
Mengukur ketersediaan sumber daya yang langka selama periode perencanaan tersebut.
3.
Memilih upaya ekonomi yang ditujukan untuk mencari berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan nasional.
4.
Mengerjakan proses perencanan kegiata-kegiatan yang mungkin dan penting untuk
mencapai tujuan nasional tanpa terganggu adanya kendala-kendala sumber daya dan
organisasional. Hasil dari proses ini adalah strategi pembangunan atau rencana
mengatur kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama beberapa tahun
d.
Syarat - syarat Keberhasilan Suatu Perencanaan
Menurut Jhingan (2006) perumusan dan kunci
keberhasilan suatu perencanaan biasanya
memerlukan hal-hal sebagai berikut:
a.
Prasyarat pertama bagi suatu perencanaan adalah pembentukan suatu komisi perencanaan yang harus diorganisir dengan
cara tepat.
b.
Perencanaan yang baik membutuhkan adanya analisis yang menyeluruh tentang
potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara beserta segala kekurangannya,
oleh karena itu pembentukan suatu jaringan kantor statistik dari pusat hingga
daerah yang bertugas mengumpulkan informasi dan data-data statistik menjadi
suatu kebutuhan utama.
c.
Penetapan berbagai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai hendaknya realistis
dan disesuaikan dengan kondisi Negara tersebut.
d.
Penetapan sasaran dan prioritas untuk pencapaian suatu tujuan perencanaan
dibuat secara makro dan sektoral.
e.
Dalam perencanaan ditetapkan adanya pembiayaan oleh pemerintah sebagai dasar
sumber daya yang tersedia.
f.
Suatu perencanaan hendaknya mampu menjamin keseimbangan perekonomian.
g.
Administrasi yang baik, efisien, dan tidak korup adalah syarat mutlak
keberhasilan suatu perencanaaan.
h.
Pemerintah harus menetapkan kebijakan pembangunan yang tepat demi berhasilnya
rencana pembangunan dan menghindari kesulitan yang mungkin timbul dalam proses
pelaksanaannya.
i.
Setiap usaha harus dibuat berdampak ekonomis dalam administrasi, khususnya
dalam pengembangan bagian-bagian departemen dan pemerintahan.
j.
Administrasi harus bersih dan efisien memerlukan dasar pendidikan yang kuat,
perencanaan yang berhasil harus memerhatikan standart moral dan etika
masyarakat.
k.
Dukungan masyarakat merupakan faktor penting bagi keberhasilan suatu
perencanaan didalam suatu negara yang demokratis, tanpa dukungan masyarakat tak
ada perencanaan yang dapat berhasil.
2. Pertumbuhan dan Pembangunan Wilayah
a.
Teori Pembangunan Wilayah
Menurut Rahardjo Adisasmita(2005), memberikan batasan
bahwa: ”pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumber
daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan
sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,
situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan
pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan (kewiraswastaan), kelembagaan
daerah dan lingkungan pembangunan secara luas”.
Semua faktor tersebut adalah penting
tetapi masih dianggap terpisah-pisah satu sama lain dan belum menyatu sebagai
komponen yang membentuk basis untuk penyusunan teori pembangunan wilayah
(regional) secara komprehensif.
Dalam melaksanakan pembangunan
diperlukan landasan teori yang mampu menjelaskan hubungan korelasi antara
fakta-fakta yang diamati sehinggga dapat merupakan kerangka orientasi untuk
analisis dan membuat ramalan terhadap gejala-gejala baru yang diperkirakan akan
terjadi. Dengan semakin majunya studi-studi pembangunan ekonomi, banyak teori
telah diperkenalkan, dan teori-teori tersebut dapat digunakan sebagai landasan
untuk menjelaskan pentingnya pembangunan wilayah. Beberapa teori didalam
pembangunan wilayah yang lebih dikenal adalah pemikiran-pemikaran menurut
beberapa aliran dalam Ilmu Ekonomi (misalnya Klasik, Neo Klasik, Harrod-Domar, Keynes dan Pasca
Keynes), teori basis ekspor, teori sektor, struktur industri dan pertumbuhan
wilayah, dan teori kausasi kumulatif.
1.
Konsep Pertumbuhan
dan Pembangunan Daerah
Pertumbuhan
ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang
masih merupakan target utama dalam rencana
pembangunan di samping pembangunan
sosial. Pertumbuhan ekonomi adalah proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau
pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan
tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa
pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan
output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup
diukur dengan output riil per orang.
Suatu
perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau
lebih tinggi jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Dengan
kata lain, perkembangannya baru terjadi jika jumlah
barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan oleh pertumbuhan
ekonomi.
Pembangunan
di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya
keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendukung
pencapaian tujuan atau mendorong perubahan-perubahan atau pembaharuan bidang
kehidupan lainnya.
Hal tersebut sesuai dengan yang di kemukakan oleh
Siagian dalam Fahrurrazy (2009:1)
bahwa keterbelakangan utama yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang
berkembang adalah di bidang ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan,bahkan
dapat dikatakan merupakan tuntutan sejarah apabila pembangunan ekonomi mendapat
perhatian utama.
Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan
sendirinya, tetapi memerlukan berbagai usaha yang konsisten dari beberapa pihak
untuk memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi umat manusia.
Tujuan pokok pembangunan ekonomi menurut Jhingan (2008:338) ialah
untuk membangun peralatan modal dalam skala yang cukup untuk meningkatkan
produktivitas di bidang pertanian, pertambangan, perkebunan dan industri. Modal
juga diperlukan untuk mendirikan sekolah, rumah sakit, jalan raya, jalan kereta
api, dan sebagainya. Singkatnya, hakekat pembangunan ekonomi adalah penciptaan
modal overhead sosial dan ekonomi.
Menurut
Todaro (2000:76) bahwa pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses yang
multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan
sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan,
mengurangi ketimpangan, dan pengangguran
dalam konteks pertumbuhan ekonomi.
1.
Teori
Perubahan Struktural
Pembangunan ekonomi sebagai proses transisi yang dalam
perjalanan waktu ditandai dengan transformasi multidimensional yang menyangkut
pada perubahan struktur ekonomi. Perubahan ataupun pergeseran (shift) dalam struktur ekonomi berkisar
pada segi akumulasi (perihal pengembangan sumber-sumber daya produksi secara
kuantitatif dan kualitatif), dan segi distribusi (pola pembagian dalam
kehidupan masyarakat).
Perubahan pada struktur ekonomi terlihat dari perkembangan mengenai komposisi produk
nasional yang menunjuk pada peranan sektor produksi primer, sektor sekunder,
sektor tersier dan sumbangan masing-masing sektor terhadap pembentukan produk
nasional atau pendapatan nasional.
Sebagaimana menurut M. Dawam Rhardjo, pergeseran
struktur ekonomi dapat dilihat melalui tiga hal, yaitu: (1). Sumbangan sektor
pertanian secara relatif akan merosot, sedangkan sektor lain peranannya semakin
besar dalam produk nasional, (2). Mereka yang bekerja pada sektor pertanian
secara absolute jumlahnya bisa meningkat, namun persentasenya dalam jumlah
lapangan kerja secara keseluruhan akan semakin mengecil. Sebaliknya bagian yang
bekerja pada sektor lain akan meningkat, (3). Sifat produksi disemua bidang
akan berubah secara total yaitu menjadi lebih bersifat industri.
Dalam
penelitiannya, menurut Kuznets, pergeseran struktur ekonomi ditandai oleh
menurunnya kontribusi (share) sektor
pertanian terhadap produksi atau output nasional, sebaliknya sumbangan sektor industri
meningkat. Dan menurut Clark, yang telah mengumpulkan data statistic menenai
persentase tenaga kerja yang bekerja menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendapatan perkapita suatu Negara, makin kecil peranan sektor pertanian dalam
menyediakan kesempatan kerja, sebaliknya sektor industri makin penting
peranannya dalam menampung tenaga kerja.
Untuk mengetahui corak perubahan struktur ekonomi dalam perkembangan
ekonomi pada masa lalu, Kuznets mengumpulkan data mengenai sumbangan berbagai
sektor kepada produksi nasional di tiga belas Negara maju dengan kesimpulan:
(a). sektor pertanian produksinya mengalami perkembangan lebih lambat dari
perkembangan produk nasional, sedangkan (b). tingkat pertambahan produksi
industri lebih cepat dari tingkat pertambahan penduduk nasional, (c). tidak
adanya perubahan dalam peranan sektor jasa-jasa dalam produksi nasional berarti
perkembangan sektor jasa-jasa sama dengan tingkat perkembangan produksi
nasional.
Melihat dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pergeseran struktural secara umum mengarah pada: (1). Peranan sektor pertanian
terhadap produk nasional secara relative harus menurun, sedangkan kontribusi
dari sektor-sektor lainnya terkhusus pada sektor industri makin besar
peranannya, (2). Semakin kecil persentase yang bekerja pada sektor pertanian
dan mereka yang bekerja diluar sektor pertanian persentasenya semakin meningkat
Setiap wilayah yang mengalami
perkembangan, meliputi siklus jangka pendek dan jangka panjang. Faktor-faktor
dalam analisis perkembangan jangka pendek yang umumnya digunakan adalah
penduduk, tenaga kerja, upah, harga, dan teknologi serta distribusi penduduk.
Sedangakan laju pertumbuhan jangka panjang biasanya diukur menurut keluaran
(output) dan pendapatan. Pada umumnya kita sependapat bahwa pertumbuhan dapat
terjadi sebagai akibat dari faktor-faktor penentu endogen maupun eksogen, yaitu
faktor-faktor yang terdapat di wilayah yang bersangkutan atau faktor-faktor
diluar wilayah atau kombinasi dari keduanya.
Salah satu teori pertumbuhan wilayah
yang paling sederhana adalah teori sektor. Teori ini dikembangkan berdasar
hipotesis Clark-Fisher yang mengemukakan
bahwa kenaikan pendapatan perkapita akan dibarengi oleh penurunan dalam
proporsi sumber daya yang digunakan dalam sektor pertanian (sektor primer) dan
kenaikan dalam sektor industri manufaktur (sektor sekunder) dan kemudian dalam
industri jasa (sektor tersier). Laju pertumbuhan dalam sektor yang mengalami
perubahan (sektor shift). Dianggap
sebagai determinan utama dari perkembangan suatu wilayah.
Alasan dari perubahan atau pergeseran
sektor tersebut dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Pada
sisi permintaan, yaitu elastisitas pendapatan dari permintaan untuk barang dan
jasa yang disuplai oleh industri manufaktur dan industri jasa adalah lebih
tinggi dibandingkan untuk produk-produk primer. Maka pendapatan yang meningkat
akan di ikuti oleh perpindahan (realokasi) sumber daya dari sektor primer ke
sektor manufaktur dan jasa. Sisi penawaran, yaitu realokasi sumber daya tenaga
kerja dan modal dilakukan sebagai akibat dari perbedaan dari tingkat
pertumbuhan produktivitas dalam sektor-sektor tersebut. Kelompok sektor-sektor
sekunder dan tersier menikmati kemajuan yang lebih besar dalam tingkat
produktivitas. Hal ini akan mendorong peningkatan pendapatan dan produktivitas
yang lebih cepat (kombinasi keduanya misalnya dalam skala ekonomi). Karena
produktivitas yang lebih tinggi baik untuk tenaga kerja maupun untuk modal, dan
pengahasilan yang lebih tinggi tersebut
memungkinkan untuk melakukan realokasi sumber daya.
Tingkat pertumbuhan produktivitas
tergantung pada inovasi dan kemajuan teknik ataupun skala ekonomi. Bila
produktivitas lebih tinggi dalam industri-industri, permintaan terhadap
produk-produknya akan meningkat cepat, maka terdapat kausalitas “produktivitas
harga rendah permintaan bertambah luas”, bukan sebaliknya.
Terjadinya perubahan atau pergeseran
sektor dan evaluasi spesialisasi (pembagian kerja) dipandang sebagai sumber
dinamika pertumbuhan wilayah. Suatu perluasan dari teori sektor ini adalah
teori tahapan (stages theory), yang
menjelaskan bahwa pembangunan wilayah adalah merupakan proses evolusioner internal dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a.
Tahapan perekonomian subsistem swasembada dimana hanya
terdapat sedikit investasi dan perdagangan. Sebagian besar penduduk bekerja
pada sektor pertanian.
b.
Dengan kemajuan transformasi di wilayah bersangkutan akan
mendorong perdagangan dan spesialisasi. Industri pedesaan masih bersifat
sederhana (tradisional) untuk memenuhi kebutuhan para petani.
c.
Dengan bertambah majunya perdagangan antar wilayah, maka
wilayah yang maju akan memproriotaskan pada pengembangan sub sektor tanaman
pangan, selanjutnya di ikuti oleh sub-sub sektor peternakan dan perikanan.
d.
Industri sekunder berkembang, pada permulaan mengolah
produk-produk primer, kemudian diperluas dan semakin berspesialisasi.
e.
Pengembangan industri tersier (jasa) yang melayani permintaan
dalam wilayah maupun di luar wilayah.
c. Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi
sebagai proses transisi yang dalam perjalanan waktu ditandai dengan
transformasi multidimensional yang menyangkut pada perubahan struktur ekonomi.
Perubahan ataupun pergeseran (shift)
dalam struktur ekonomi berkisar pada segi akumulasi (perihal pengembangan
sumber-sumber daya produksi secara kuantitatif dan kualitatif), dan segi
distribusi (pola pembagian dalam kehidupan masyarakat).
Perubahan pada struktur
ekonomi terlihat dari perkembangan mengenai komposisi produk nasional yang
menunjuk pada peranan sektor produksi primer, sektor sekunder, sektor tersier
dan sumbangan masing-masing sektor terhadap pembentukan produk nasional atau
pendapatan nasional.
Sebagaimana menurut M. Dawam Rhardjo, pergeseran struktur ekonomi dapat dilihat melalui tiga hal, yaitu: (1).
Sumbangan sektor pertanian secara relatif akan merosot, sedangkan sektor lain
peranannya semakin besar dalam produk nasional, (2). Mereka yang bekerja pada
sektor pertanian secara absolute jumlahnya bisa meningkat, namun persentasenya
dalam jumlah lapangan kerja secara keseluruhan akan semakin mengecil.
Sebaliknya bagian yang bekerja pada sektor lain akan meningkat, (3). Sifat
produksi disemua bidang akan berubah secara total yaitu menjadi lebih bersifat
industri.
Dalam penelitiannya,
menurut Kuznets, pergeseran struktur ekonomi ditandai oleh menurunnya
kontribusi (share) sektor pertanian
terhadap produksi atau output nasional, sebaliknya sumbangan sektor industri
meningkat. Dan menurut Clark, yang telah mengumpulkan data statistic menenai
persentase tenaga kerja yang bekerja menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendapatan perkapita suatu Negara, makin kecil peranan sektor pertanian dalam
menyediakan kesempatan kerja, sebaliknya sektor industri makin penting
peranannya dalam menampung tenaga kerja.
Untuk mengetahui corak perubahan struktur ekonomi dalam perkembangan
ekonomi pada masa lalu, Kuznets mengumpulkan data mengenai sumbangan berbagai
sektor kepada produksi nasional di tiga belas Negara maju dengan kesimpulan:
(a). sektor pertanian produksinya mengalami perkembangan lebih lambat dari
perkembangan produk nasional, sedangkan (b). tingkat pertambahan produksi industri
lebih cepat dari tingkat pertambahan penduduk nasional, (c). tidak adanya
perubahan dalam peranan sektor jasa-jasa dalam produksi nasional berarti
perkembangan sektor jasa-jasa sama dengan tingkat perkembangan produksi
nasional.
Melihat dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pergeseran struktural secara umum mengarah pada: (1). Peranan sektor pertanian
terhadap produk nasional secara relative harus menurun, sedangkan kontribusi
dari sektor-sektor lainnya terkhusus pada sektor industri makin besar
peranannya, (2). Semakin kecil persentase yang bekerja pada sektor pertanian
dan mereka yang bekerja diluar sektor pertanian persentasenya semakin
meningkat.
d.
Teori Basis Ekonomi
Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan
barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan perindustrian yang menggunakan
sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan
menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation).
Strategi pembangunan daerah yang muncul didasarkan
pada teori ini adalah penekanan terhadap arti pentingnya bantuan (aid) kepada
dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasinya
kebijakan yang mencakup pengurangan hambatan atau batasan terhadap
perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di
daerah itu.
. Kuznets menjabarkan adanya trade off antara
pertumbuhan ekonomi dengan distribusi yang merata dalam pendapatan perkapita.
Kuznets juga menekankan bahwa untuk mengukur formasi modal adalah tidak tepat
dan tidak efisien bila hanya kepada modal fisik dan modal tetap lainnya.
Pemikiran yang
hampir sama dikemukakan oleh Athur Lewis, dimana struktur ekonomi dibagi atas
sektor kapitalis dan sektor subsistem. Dalam analisis Lewis digunakan asumsi dasar
bawha surplus tenaga kerja terjadi disemua sektor terutama pada sektor
subsistem atau pertanian. Lewis menyebutkat bahwa sektor kapitalis menggunakan reproducible capital dan mendapatkan
keuntungan dari penggunaan factor ini sedangkan sektor subsistem menggunakan
tenaga kerja tersendiri (family labor)
dan tanah sebagai factor produksi utama. Dalam hal upah, pemikiran Lewis
sejalan dengan pemikiran Kuznets dimana upah pada sektor kapitalis ditentukan
sebesar tingkat pendapatan disektor subsistem.
Dari pemikiran Kuznets maupun Lewis tersebut tampak bahwa sektor
tradisional atau sektor subsistem atau juga sektor pertanian memiliki peranan
yang cukup besar dalam proses pembangunan terutama dalam hal menyerap tenaga
kerja. Walaupun demikian dalam berbagai pemikiran tersebut sektor pertanian
seakan menjadi sektor yang sekunder dalam pembangunan. Pemikiran Schultz yang
kemudian menitikberatkan pembangunan pada sektor pertanian. Schultz mengambil
kesimpulan bahwa faktor manusia jauh lebih dominan kontribusinya terhadap
pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi.
Dudley Seers, Ekonom dan kelompok strukturalis mengemukakan bahwa tolok
ukur pembangunan ekonomi tidak saja pada peningkatan pendapatan perkapita
tetapi hendaknya juga disertai oleh baiknya distribusi pendapatan, menurunnya
angka kemiskinan dan pengangguran. Kemudian Gunnar Myrdal yang mengemukakan
tentang backwash effect Negara-negara
maju terhadap Negara-negara miskin. Myrdal mengemukakan bahwa hubungan ekonomi
antara Negara maju dengan Negara yang belum maju menimbulkan ketimpangan
internasional dalam pendapatan perkapita dan kemiskinan. Hal ini disebabkan
oleh kemajuan ilmu dan teknologi, kehadiran pasar yang lebih luas dan
konsentrasi modal keuangan yang terjadi di Negara-negara maju.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang paling mendasar
dalam ketenagakerjaan dan pembangunan ekonomi adalah masalah Supply-Demand dalam pasar tenaga kerja.
d.
Hubungan Pertumbuhan Ekonomi, dan
perubahan Struktur
Pertumbuhan pendapatan nasional akan membawa suatu perubahan
mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian
sebagai sektor utama beralih ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor
non primer, khususnya industri pengolahan.
Dapat dilihat
sebagai suatu hipotesis bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi rata-rata
pertahun membuat semakin tinggi peningkatan pendapatan masyarakat perkapita,
semakin cepat perubahan struktur ekonomi,
mendukung proses tersebut.
Transformasi
struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan
dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi kelanjutan pembangunan.
Pada
kenyataannya, pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak disertai dengan perubahan
struktur ekonomi yang berimbang. Artinya
titik balik untuk aktivitas ekonomi tercapai lebih dahulu dibanding titik balik
penggunaannya. Sehingga terjadi masalah-masalah yang seringkali diperdebatkan
diantaranya Apabila transformasi kurang seimbang dikhawatirkan akan terjadi
proses pemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia pada sektor primer.
Proses
perubahan struktur perekonomian di Indonesia ditandai dengan: (1). Merosotnya
pangsa sektor primer (pertanian), (2). Meningkatnya pangsa sektor sekunder
(industri), (3). Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi kontribusinya
akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Dalam menganalisis struktur ekonomi
terdapat dua teori utama, yaitu teori Athur Lewis (teori migrasi) dan Hollins
Chenery (teori transformasi struktural). Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan
bahwa perekonomian suatu Negara pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu
perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan
perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di
pedesaan, pertumbuhan penduduknya tinggi sehingga terjadi kelebihan penawaran
tenaga kerja. Akibat over supply
tenaga keraja ini, tingkat upah menjadi sangat rendah. Sebaliknya, di
perkotaan, sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja. Hal ini menarik
banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertanian kesektor industri sehingga
terjadi suatu proses migrasi dan urbanisasi. Selain itu tingkat pendapatan di
Negara bersangkutan meningkat sehingga masyarakat cenderung mengkonsumsi
berbagai macam produk industri dan jasa. Hal ini menjadi motor utama
pertumbuhan output di sektor-sektor non pertanian.
Teori Chenery
memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi
disuatu Negara yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor
industri sebagai mesin utama pertumbuahan ekonomi.
3.
Teori Pertumbuhan dan
Pembangunan Ekonomi
Pada bagian ini akan dibahas teori-teori mengenai
faktor-faktor yang menimbulkan dan menentukan laju pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi, adapun teori-teori tersebut antara lain :
a. Adam
Smith
Adam Smith membagi
tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang dimulai dari masa perburuan,
masa beternak, masa bercocok tanam, perdagangan, dan tahap perindustrian.
Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional
kemasyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan
semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam
Smith memandang pekerja sebagai salah satu input bagi proses produksi,
pembagian kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya
peningkatan produktifitas kerja. Dalam pembangunan ekonomi modal memegang
peranan penting. Menurut teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau
lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses
pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu
sama lainnya. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan
daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan
spesialisasi dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi
yang semakin cepat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada
akhirnya harus tunduk pada fungsi
kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi.
b. Whilt
Whitman Rostow
Menurut Rostow, proses
pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam 5 tahap yaitu “masyarakat
tradisional ( the traditional society ), prasyarat untuk tinggal landas (the
preconditions for take off), tinggal landas (take off), menuju
kedewasaan (the drive maturity) dan masa konsumsi tinggi ( the age of
high mass consumption)”.
c. Friedrich
List
Menurut List, dalam
bukunya yang berjudul Das Nationale der Politispvhen Oekonomie (1840),
sistem liberal dengan slogan laizzes-faire
dapat menjamin alokasi sumber daya secara optimal. Perkembangan ekonomi
menurut List melalui 5 tahap yaitu: tahap primitif, beternak, pertanian,
industri pengolahan (Manufacturing), dan
perdagangan.
d. Harrod-Domar
Teori ini menganggap
setiap ekonomi dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan
nasionalnya jika untuk mengganti barang-barang modal yang rusak. Namun demikian
untuk menumbuhkan ekonomi tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai
tambahan stok modal. Rasio modal output (COR) sebagai suatu hubungan antara
investasi yang ditanamkan dengan pendapatan tahunan yang dihasilkan dari
investasi tersebut (Arsyad,1999
4.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu cara untuk melihat
kemajuan perekonomian suatu daerah adalah dengan mencermati nilai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan nilai dari seluruh barang dan
jasa yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu biasanya dalam waktu satu
tahun disuatu wilayah tertentu tanpa membedakan kepemilikan faktor-faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi tersebut.
Dalam
menghitung pendapatan regional hanya dipakai konsep domestik. Berarti
seluruh nilai tambah ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang
melakukan kegitan usahanya di suatu wilayah atau region (propinsi atau
kabupaten) dimasukkan tanpa memperhatikan kepemilikan faktor-faktor produksi.
Dengan demikian PDRB secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam
menghasilkan balas jasa atau pendapatan faktor-faktor produksi yang
berpartisipasi dalam proses produksi tersebut.
Dalam penyajiannya PDRB selalu
dibedakan atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku. Adapun
defenisi PDRB atas dasar harga konstan adalah nilai barang dan jasa (komoditi)
atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap. PDRB atas
dasar harga konstan ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi karena
nilainya tidak dipengaaruhi oleh adanya perubahan harga. Sedangkan PDRB atas
dasar harga berlaku adalah nilai barang dan jasa (komoditi) atau pendaptan atau
pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada saat itu atau
tahun sekarang, ini digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
PDRB diperoleh dari produksi seluruh
sektor ekonomi regional yang dijabarkan dalam 9 (sembilan) sektor dan
terakumulasi dalam 3 (tiga) kelompok menurut jenisnya, yaitu:
1. Kelompok primer adalah sektor yang langsung menghasilkan
barang jadi ( final product ). Terdiri dari sektor pertanian dan sektor
Pertambangan dan Penggalian.
2. kelompok sekunder adalah sektor yang dalam menghasilkan barang harus
melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Terdiri dari sektor Industri
Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, dan Sektor Bangunan.
3. selanjutnya sektor tersier adalah sektor yang bergerak dibidang
pelayanan (jasa) yang terdiri dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,
Sektor Angkutan dan Komunikasi, dan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan serta Sektor Jasa-jasa.
B. Kerangka Pikir
Pembangunan adalah suatu
proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana.
Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai
dampak dari adanya pembangunan sehingga jelas bahwa pembangunan
ekonomi pada dasarnya ditekankan pada peningkatan sektor-sektor ekonomi yang
terdiri dari 9 (Sembilan) sektor lapangan usaha utama, yaitu: sektor pertanian,
sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor
listrik,gas,dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan,hotel,dan
restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan,persewaan dan jasa
perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Sektor
– sektor tersebut tidak hanya berperan dalam pembentukan produk nasional maupun
domestik, tetapi juga terjadi perubahan pada struktur ekonomi pada 9 (Sembilan)
sektor ekonomi tersebut dianalisis dengan teknik analisis shift share. Melalui pendekatan ini dapat diketahui sektor- sektor
ekonomi suatu daerah yang memberikan kontribusi positif terhadap peubahan
struktur perekonomian suatu wilayah
dalam hubungannya dengan perekonomian acuan yang lebih besar, sehingga dapat diketahui
sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan pada masa yang akan datang
atau periode berikutnya. Peningkatan srtuktur ekonomi dapat
memberikan tingkat perubahan yang berkaitan erat dengan proses
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Struktur ekonomi yang tengah di hadapi pun saat ini
sesungguhnya merupakan suatu struktur yang transisional. Dimana menunjukkan suatu proses peralihan dari
struktur yang agraris ke industrial.
Untuk
lebih jelasnya, kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada skema / gambar
berikut:
Pembangunan
Ekonomi
|
Sektor-sektor
Ekonomi:
Sektor
Pertanian, Sektor Pertambangan & Penggalian, Sektor Industri Pengolahan,
Sektor Listrik, Gas & Air Bersih, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan,
Hotel & Restoran, Sektor Angkutan & Komunikasi, Sektor Keuangan,
Persewaan & Jasa Perusahaan Serta Sektor Jasa-jasa
|
Analisis Shift Share
|
Stuktur
ekonomi
|
Pertumbuhan perekonomian
|
Gambar 3:
Skema Kerangka
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Variabel
dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel merupakan indikator penting yang menentukan
berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Varibel adalah objek penelitian atau
hal-hal yang menjadi pusat perhatian pada suatu penelitian. Penelitian ini
menganalisis srtuktur ekonomi pertumbuhan
pada masing-masing sektor ekonomi di kabupaten Gowa dibandingkan dengan
struktur ekonomi provinsi Sulawesi selatan. Dengan demikian yang menjadi
variabel pada penelitian ini adalah Struktur ekonomi Kabupaten Gowa ,
pembangunan ekonomi dan Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi.
2.
Desain
Penelitian
Desain penelitian
merupakan suatu rancangan atau tata cara untuk melaksanakan penelitian dalam
rangka memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini merupakan penelitian
analisis deskriptif yaitu penyajian dan penyusunan tabel-tabel dalam bentuk
pemaparan kontekstual terhadap masalah yang diteliti untuk dianalisis.
Pada saat penelitian
berlangsung, maka hal yang sangat perlu diperhatikan adalah cara pengumpulan
data agar data atau informasi yang diperoleh betul-betul objektif dan akurat.
Untuk memperoleh data yang objektif dan akurat, diperlukan teknik pengumpulan
data yang baik. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode dokumentasi, dipakai untuk mengetahui data struktur ekonomi
kabupaten Gowa tahun 2005-2009 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS)
serta dari berbagai sumber pustaka, media massa dan internet.
Hasil
Penelitian
|
penelitian ini, maka dapat disimak pada
skema desain penelitian berikut:
Pengumpulan
Data
|
Shift Share
|
Pemilihan
Data
|
Kesimpulan
dan Saran
|
Analisis
Data
|
Kelengkapan
Data
|
Hasil Penelitian
|
Pra
Penelitian
|
Gambar 4 :
Skema Desain Penelitian
B. Defenisi
Operasional Variabel
Definisi
Operasional Variabel ini diperlukan sebagai batasan operasional masing-masing
variabel yang diteliti untuk memperjelas arah dan ruang lingkup variabel
penelitian. Adapun batasan operasional masing-masing variabel yang di maksud
adalah:
1)
Struktur perekonomian Kabupaten Gowa
adalah suatu corak perekomian berdasarkan atas sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Gowa.
2)
Shift
Share (SS)
digunakan untuk mengetahui struktur dan pergeseran perekonomian wilayah di
Kabupaten Gowa. Berdasarkan PDRB Kabupaten
Gowa
3)
Provincial Share (PS),
yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau struktur
dan pergeseran perekonomian Kabupaten Gowa dengan
melihat nilai PDRB Kabupaten Gowa sebagai daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh struktur dan pergeseran
pertumbuhan perekonomian Provinsi Sulawesi
Selatan. Hasil perhitungan Provincial Share akan
menggambarkan peranan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dalam yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Kabupaten Gowa. Jika pertumbuhan Kabupaten Gowa sama dengan pertumbuhan Provinsi Sulawesi Selatan maka peranannya terhadap
provinsi tetap.
4)
Proportional Shift (P)
adalah pertumbuhan nilai tambah
bruto suatu sektor i pada Kabupaten
Gowa dibandingkan total sektor di tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.
5)
Differential Shift (D) adalah perbedaan antara
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa dan
nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.
6).
Kontribusi Sektor adalah sumbangan atau peranan yang diberikan oleh
masing-masing sektor ekonomi di Kabupaten Gowa.
B. Populasi dan sampel
Populasi adalah
keseluruhan subjek yang akan diteliti yang merupakan sumber informasi mengenai
sesuatu yang ada hubungannya dalam penelitian.
Menurut
Sugiono(2005:7) memberikan pengertian bahwa :
Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan.
Menurut
Arikunto (2005:8) bahwa sampel adalah
bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti).Sedangkan
menurut sugiyono bahwa sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi.
Dalam penelitian
ini penulis menggunakan data time series atau data berkala sehingga populasi
juga sekaligus sampel.Tehnik ini digunakan atas dasar pertimbangan penulis
bahwa dalam pengambilan sampel,penulis memilih langsung obyek atau data yang
menjadi tema dalam penulisan ini yaitu data tentang Produk Domesti Regional
Bruto (PDRB) kabupaten Gowa tahun 2007-2009.
C. Teknik
Pengumpulan Data
Data merupakan semua hasil observasi atau pengukuran untuk keperluan
tertentu. Jenis penelitian ini merupakan analisis deskriptif, yaitu penyajian
dan penyusunan data kedalam tabel-tabel dalam bentuk pemaparan kontekstual
terhadap masalah yang diteliti untuk dianalisis.
Untuk kepentingan penelitian, penulis menggunakan metode dokumentasi,
Observaasi dan wawancara dalam pengumpulan data.
Menurut
Suharsmi (dalam Riduwan 2005:35) metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk
memperoleh suatu data atau informasi mengenai berbagai hal yang ada kaitannya
terhadap penelitian dengan jalan melihat kembali laporan-laporan tertulis baik
berupa angka maupun keterangan.
Pada penelitian ini, metode dokumentasi, Observasi, dan wawancara
digunakan untuk mengetahui data stuktur perekonomian Kabupaten Gowa dan profinsi Sulawesi Selatan
tahun 2005-2009. Selain data-data laporan tertulis, untuk kepentingan
penelitian ini juga digali informasi dan referensi dari berbagai sumber
pustaka, media massa dan internet.
D. Teknik
Analisis Data
Dalam penelitian ini
digunakan teknik analisis perencanaan pembangunan yaitu Shift-Share. Shift-
Share yaitu teknik yang menggambarkan kinerja sektor-sektor disuatu wilayah
dibandingkan dengan kinerja ekonomi Sulawesi Selatan. Dengan demikian, dapat
ditemukan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian
daerah bila daerah itu memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam
perekonomian nasional. Teknik ini membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor
di suatu wilayah (Gowa) dengan laju pertumbuhan x Profinsi Sulawesi selatan
serta sektor-sektornya, dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari
perbandingan itu. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor
yang menyebabkan perubahan struktur sektor i
suatu
daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya.
Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di
suatu daerah dalam kaitannya dengan ekonomi nasional.
Melalui analisis shift
share, maka pertumbuhan ekonomi struktur dan pergeseran perekonomian di
wilayah Kabupaten Gowa
ditentukan oleh tiga komponen,
yaitu:
a. Provincial
Share (PS), yang dapat di
formulasikan sebagai berikut
b. Proportional
Shift (P), yang dapat di formulasikan sebagai berikut
c.
Differential Shift (D), yang dapat diformulasikan sebagai
berikut
Di mana:
N = Provinsi Sulawesi
Selatan sebagai
wilayah referensi yang lebih
tinggi jenjangnya.
n = Kabupaten Gowa sebagai wilayah analisis.
Y = Nilai PDRB kabupaten Gowa
i = Sektor
dalam PDRB (Rupiah)
t = tahun
t-1 =
tahun awal
Sektor-sektor di Kabupaten Gowa yang memiliki Differential Shift (D) positif memiliki keunggulan komparatif terhadap
sektor yang sama pada Kabupaten/Kota
lain dalam Provinsi Sulawesi Selatan. Selain
itu, sektor-sektor yang memiliki nilai D positif berarti bahwa
sektor tersebut terkonsentrasi di
Kabupaten Gowa dan
mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan
dengan daerah lainnya. Apabila nilai D negatif, maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.
Provincial Share (PS):Adalah yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
atau pergeseran struktur perekonomian Kabupaten tertentu dengan melihat nilai PDRB Kabupaten tersebut sebagai daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan
perekonomian Provinsi tertentu. Hasil perhitungan Provincial Share akan
menggambarkan peranan wilayah Provinsi tertentu dalam yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Kabupaten tertentu. Jika pertumbuhan Kabupaten tertentu sama
dengan pertumbuhan Provinsi tertentu
maka
peranannya terhadap provinsi tetap.
Differential Shift: Adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi Kabupaten tertentu dan nilai tambah bruto sektor yang sama di
tingkat Provinsi tertentu.
Proportional Shift: Adalah pertumbuhan nilai tambah bruto
suatu sektor tertentu pada Kabupaten tertentu dibandingkan total sektor di tingkat Provinsi tertentu.
Pertambahan lapangan kerja regional total (∆ Er) dapat diurai
menjadi komponen shift dan komponen share. Komponen share sering pula disebut komponen national share. Komponen national
share (N) adalah banyaknya pertambahan lapangan kerja reginal seandainya
proporsi perubahannya sama dengan laju pertumbuhan nasional selama periode
studi. Hal ini dapat dipakai sebagai kriteria lanjutan bagi daerah yang
bersangkutan untuk mengukur apakah daerah itu tumbuh lebih cepat atau lebih
lambat dari pertumbuhan nasional rata-rata.
Komponen shift adalah penyimpangan (deviation) dari national share dalam pertumbuhan lapangan kerja regional.
Penyimpangan ini positif di daerah-daerah yang tumbuh lebih cepat dan negatif
di daerah-daerah yang tumbuh lebih
lambat/merosot dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja secara nasional.
Bagi setiap, shift netto dapat dibagi
menjadi dua komponen, yaitu proportional
shift component (P) dan differential
shift component (D).
Proportional
shift component (P) kadang-kadang dikenal sebagai
komponen struktural atau industrial mix,
mengukur besarnya shift regional netto
yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor industri di daerah yang bersangkutan.
Komponen ini positif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor
yang secara nasional tumbuh cepat dan negatif di daerah-daerah yang
berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh dengan lambat
atau bahkan sedang merosot.
Differential
shift component (D) kadang-kadang dinamakan komponen
lokasional atau regional adalah sisa kelebihan. Komponen ini mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan
oleh sektor-sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih
lambat didaerah yang bersangkutan daripada tingkat nasional yang disebabkan
oleh faktor-faktor lokasional intern. Jadi, suatu daerah yang mempunyai
keuntungan lokasional seperti sumber daya yang melimpah/efisien, akan mempunyai
differential shift component yang
positif, sedangkan daerah yang secara lokasional tidak menguntungkan akan
mempunyai komponen yang negatif.
Kedua komponen shift ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional
yang bersifat ekstern dan yang bersifat intern. Proporsional shift adalah
akibat dari pengaruh unsur-unsur luar yang bekerja secara nasional, sedangkan
differential shift adalah akibat dari pengaruh factor-faktor yang bekerja
khusus di daerah yang bersangkutan.
Dengan menggunakan notasi aljabar, berbagai hubungan antara
komponen-komponen tersebut dapat dinyatakan pada uraian berikut ini. Akan
tetapi, sebelum mengemukakan rumus hubungan, terlebih dahulu akan dikemukakan
notasi yang dipergunakan berikut ini:
∆ = pertambahan, angka akhir dikurangi dengan
angka awal (tahun t - n)
N = Natinal atau wilayah nasional/wilayah yang
lebih tinggi jenjangnya
r = Regional atau wilayah analisis
Y = PDRB kabupaten gowa
i = Sektor i
t = Tahun
t-n = Tahun awal
Ns = National share
P = Proportional shift
D = Differential shift
Hubungan
antara komponen tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
Rumus :
∆ Y r, i, t = (Ns i + P r, i
+ D r, i)
Keterangan :
Ns i =
(national share ) adalah perubahan lapangan kerja regional sektor i dalam memberikan kontribusi terhadap laju
pertumbuhan nasional. Hal
ini dapat dituslikan sebagai berikut.
Ns
i, t = Y r, i, t -n (Y N, t / Y N, t-n)
- Y r, i, t -n
Apabila bertanda positif (+) berarti
penyerapan tenaga kerja sektor i di wilayah propinsi memberikan kontribusi
positif dalam penyerapan tenaga kerja nasional, demikian sebaliknya apabila
mempunyai tanda negatif (-) maupun nol.
P r, i = Proportional shift adalah melihat
pengaruh sektor i secara nasional terhadap pertumbuhan lapangan kerja sektor i
pada region yang dianalisis. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut
P
r, i, t = {( Y N,
i, t / Y N, i, t-n)
- ( Y N, t / Y N, t-n)}
× Y r, i, t -n
apabila mempunyai tanda (+) berarti
bahwa variabel yang dianalisis mempunyai tingkat pertumbuhan dalam menyerap
tenaga kerja lebih cepat dari pertumbuhan keseluruhan, demikian sebaliknya
apabila mempunyai tanda negatif (-) maupun nol.
Dr,i = Differential shift menggambarkan
penyimpangan antara pertumbuhan sektor i di wilayah analisis terhadap
pertumbuhan sektor i secara nasional. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut.
D r, i, t = { Y r, i, t - ( Y N, i, t / Y N, i, t-n)
- Y r, i, t -n
}
Apabila komponen ini mempunyai
nilai yang positif berarti daerah tersebut memiliki keunggulan lokasional seperti sumber daya yang
melimpah/efisien, sedangkan daerah yang secara lokasional tidak menguntungkan
akan mempunyai komponen yang negatif.
∆Er,i,t = Jumlah keseluruhan
dari PDRB kabupaten gowa ( Ns i ), Proportional shift ( P r, i ) dan Differential shift
(Dr,i) pada sektor i di
wilayah propinsi dalam memberikan pertumbuhan tenaga kerja nasional. Apabila
bertanda positif (+) berarti bahwa sektor i mempunyai kecepatan untuk tumbuh
dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat nasional, ataupun sebaliknya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
Gambaran umum Daerah Penelitian
a. Keadaan Geografis
1. Batas Wilayah
Kabupaten gowa adalah salah
satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota
kabupaten ini terletak di kota Sungguminasa. Kabupaten Gowa berada pada 12◦38.16’
BT dari Jakarta dan 5◦33.6’ BT dari Kutub Utara dengan luas wilayah
1.883,33 km2 dan batas wilayah adalah :
a. Sebelah Utara
berbatasan dengan : Kota Makassar, Kabupaten Maros dan Bone.
b. Sebelah
Timur berbatasan dengan : Kabupaten Sinjai, dan Bulukumba.
c. Sebelah Selatan
berbatasan dengan : Kabupaten Bantaeng dan Jeneponto.
d. Sebelah Barat
berbatasan dengan : Kabupaten Takalar dan Selat Makassar.
2. Wilayah Administratif
Secara Administratif
Kabupaten Gowa terdiri atas 18 kecamatan dan 167 desa/kelurahan. Kecamatan
tersebut adalah : Kecamatan Bontonompo, Bontonompo Sel, Bajeng, Bajeng Barat,
Pallangga, Barombong, Sombaopu, Bontomarannu, Pattalassang, Parangloe, Manuju,
Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan
Biringbulu. Kabupaten ini berjarak sekitar 9 km dari Kota Makassar dan dapat
ditempuh sekitar 15 menit dari pusat Kota Makassar dan 25 menit dari pelabuhan Soekarno
Hatta serta 45 menit dari Bandar Udara Internasional Hasanuddin dengan
menggunakan transportasi darat.
a. Topografis
Kabupaten ini memiliki
wilayah Topografi yang bervariasi berupa perbukitan, pegunungan, lembah dan
sungai. Secara umum keadaan topografi wilayah didominasi oleh dataran tinggi
yaitu sekitar 80.2% dari luas wilayah kabupaten, sedangkan yang dataran rendah
hanya sekitar 19.8%.
b. Iklim dan musim
Seperti
halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Gowa hanya dikenal dua
musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Biasanya musim kemarau dimulai pada
Bulan Juni hingga September, sedangkan musim hujan dimulai pada Bulan Desember hingga
Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa
peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan Oktober-Nopember.
c. Curah Hujan
Curah
hujan disuatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan
geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah
hujan beragam menurut bulan dan letak suatu wilayah. Catatan curah hujan Tahun
2009 disajikan pada Tabel 2.1.1. Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh
beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi pada Bulan
Januari yang mencapai rata-rata 1.182 mm, sedangkan curah hujan terendah pada Bulan
Agustus-September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan..
e. Pemerintah dan legislatif
Pemerintah
Kabupaten Gowa menjalankan roda pemerintahan dengan 18 (delapan belas )
kecamatan definitif . Dari kecamatan yang ada terdapat 167 ( seratus enam puluh
tujuh) desa definitif . Jumlah anggota legislatif Kabupaten Gowa berdasarkan
hasil pemilu legislatif 2009 sebanyak 45 (empat puluh lima) orang . Mereka berasal dari 13 partai politik.
f. Kepegawaian
Jumlah
pegawai negeri sipil (PNS) dalam lingkup Kabupaten Gowa sebanyak 9.048 orang.
Dari segi golongan, yang terbanyak adalah M golongan tiga sebanyak 4.265
orang,sedangkan golongan satu sebanyak 127 orang. Sebagian besar PNS di
Kabupaten Gowa adalah tenaga guru
sebanyak 5.280
g. Demografi
Jumlah penduduk
Kabupaten Gowa pada akhir tahun 2009 tercatat sejumlah 617.317 jiwa dengan komposisi
penduduk 305.202 pria dan 305.202 perempuan. Kepadatan penduduk di Kabupaten
Gowa mencapai 328 jiwa/km2 dengan rata-rata pertumbuhan 2% per
tahun.
i. Tenaga Kerja
Penduduk Usia Kerja (PUK) didefinisikan sebagai penduduk
yang berumur 15 tahun keatas. Penduduk tersebut terdiri dari angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah mereka yang bekerja atau yang
sedang mencari pekerjaan, sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang
sedang bersekolah, mengurus rumah-tangga dan lainnya. Bekerja adalah kegiatan
melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
keuntungan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu yang lalu Menurut Hasil SUSENAS 2009 Penduduk Usia
Kerja di daerah Gowa Tahun 2009 berjumlah 421.557 jiwa yang terdiri dari
203.295 laki-laki dan 218.262 perempuan. Dari seluruh penduduk usia kerja, yang
termasuk angkatan kerja berjumlah 260.933 jiwa atau 61,89 persen dari seluruh Penduduk
Usia Kerja. Dari seluruh angkatan kerja tercatat 236.013 jiwa atau sekitar
90.44 persen dari total angkatan kerja termasuk bekerja dan sisanya mencari pekerjaan.
Bila dibedakan menurut jenis kelamin, angkatan kerja laki-laki berjumlah
171.642 jiwa sedangkan angkatan kerja perempuan sebanyak 89.291 jiwa.
Penduduk
usia kerja laki-laki yang mencapai 48,22 persen, sementara angkatan kerja
laki-laki ternyata lebih dominan mencapai 65,78 persen dari total angkatan
kerja dan angkatan kerja perempuan sebesar 34,22 persen.
J. Pendidikan dan
Kebudayaan
Sudah
menjadi kesadaran kita bersama bahwa pendidikan saat ini memegang peranan yang
sangat penting di dalam menentukan masa depan suatu bangsa. Sehingga
pembangunan di bidang pendidikan ini sudah seharusnya mendapatkan perhatian
yang serius dari semua pihak. sekolah, guru dan murid selama Kurun Waktu
2009/2010 pada seluruh jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Dari segi
jumlah sekolah, di tingkat pendidikan dasar, jumlah Sekolah Dasar yang tersedia
di Kabupaten Gowa pada Tahun 2009/2010 mengalami perubahan dibanding tahun
sebelumnya yaitu dari sebanyak 393 menjadi 402 buah. Sedangkan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) bertambah menjadi 85 buah dari 88 buah pada Tahun
2008/2009, sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) terdiri dari Sekolah
Menengah Atas (SMA) sebanyak 28 buah dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
sejumlah 16 buah. Berdasarkan hasil angka sementara Survei Sosial Ekonomi
Nasional Tahun 2009, tercatat bahwa dari penduduk berumur 10 tahun keatas yang dari
Kabupaten Gowa sekitar 14,32 persen tidak pernah sekolah, 85,68 persen yang
masih sekolah, dan 64,32 persen sudah tidak bersekolah lagi.
l. Kesehatan
Tersedianya
sarana kesehatan yang cukup memadai seperti Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Poliklinik dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak
(BKIA) sangat menunjang peningkatan kesehatan masyarakat. Selama periode Tahun 2008
hingga 2009 jumlah fasilitas kesehatan tidak mengalami perubahan, sarana tempat
tidur rumah sakit berjumlah 117 buah, puskesmas induk mengalami pertambahan 1
unit sedangkan puskesmas pembantu bertambah menjadi 123 buah. Disamping
penyediaan sarana kesehatan, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat usaha penyediaan tenaga kesehatan juga ditingkatkan
5.
Keadaan Perekonomian
a)Perkembangan
Perekonomian
Mengacu pada perkembangan Produk Domstik Bruto
(PDRB) sebagai salah satu indicator ekonomi makro , dapat dikatakan bahwa
Perekonomian di Kabupaten Gowa
mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan angka PDRB
Atas dasar harga berlaku yang selalu mengalami peningkatan.
Dimana kita ketahui bahwa Kabupaten Gowa merupakan daerah andalan untuk
pengembangan sektor pertanian khususnya pada padi dan perkebunan. Dari upaya tersebut
telah menampakkan hasil yang cukup menggembirakan hal ini dapat dilihat dari
besarnya nilai PDRB yang berhasil diciptakan dari semua kegiatan ekonomi di
Kabupaten Gowa.
Tabel
3.Perkembangan PDRB Sulawesi Selatan dan PDRB Kabupaten Gowa
atas dasar harga berlaku ,Tahun 2005-2009 (juta Rupiah)
Tahun PDRB
Gowa PDRB SulSel Persentase
(RP) (RP) Gowa trhdp
SulSel
2005 2.123.276,38 52.042,72 4,10
2006 2.457.655,41 60.902,82 4,03
2007 2.854.932,88 69271,92 4,12
2008 3.473.358,11 85.143,19 4,08
2009 4.309.671,25 99.904,66 4,20
Rata-rata
4,10
Sumber
: BPS,Gowa Tahun 2011
Berdasarkan hasil perhitungan PDRB
Kabupaten Gowa
Pada tahun 2009 nilai PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp.4.309.671,25 milyar dan pada tahun
2008 mencapai Rp.3.473.358,11
milyar atau terjadi peningkatan.
Dengan demikian angka tersebut
Memberikan kontribusi PDRB Kabupaten Gowa
terhadap PDRB Sulawesi Selatan pada tahun 2009 sekitar 4,10 persen. Ini berarti sumbangan
daerah ini terhadap Perekonomian Sulawesi Selatan masih relative kecil.
Rata-rata kontribusi PDRB Kabupaten Takalar terhadap Sulawesi Selatan alam
kurun waktu 5 tahun juga sama sekitar 4,10
persen. Hal ini wajar, mengingat Kabupaten Gowa mempunyai potensi sumber daya alam
dan luas wilayah yang relative kecil dibandingkan dengan Kabupaten/ Kota lain di Sulawesi
Selatan.
b). Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu indikator penting yang digunakn untuk mengamati hasil-hasil
pertumbuhan .Pertumbuhan ekonomi adalah persentase perubahan
nilai PDRB atas dasar harga konstan yang berhasil diperoleh pada tahun tertentu
dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Penggunaan angka atas dasar
harga konstan dimaksudkan untuk menghindari pengaruh perubahan harga,sehingga
perubahan yang diukur adalah perubahan produksi sehingga menggambarkan
pertumbuhan rill ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan pertumbuhan
PDRB menjadi salah satu target penting yang harus dicapai dalam pembangunan
ekonomi. Sejak tahun 2001 pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional
dihitung dengan menggunakan harga konstan 2000 sebagai tahun dasar. Di taabel 4
nampak bahwa PDRB atas dasar harga berlaku berkembang jauh lebih cepat jika
dibandingkan dengan PPDRB atas dasar harga konstan. Hal ini dikarenakan PDRB
atas dasar harga berlaku dipengaruhi oleh harga pada tahun berjalan.
Tabel 4 : Pekembangan dan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Gowa
Tahun 2005- 2009
Tahun
PDRB ADHB Perkembangan PDRB ADHK Pertumbuhan
(Juta/Rp) (Persen) (Juta/Rp) (Persen)
2005
2.123.276,38 16,02 1.369.096,51 5,74
2006
2.457.655,41 15,75
1.453.592,57 6,17
2007
2.854.932,88 16,16 1.543.568,30 6,19
2008
3.473.358,11 21,66 1.650.323,75 6,92
2009
4.309.671,23 22,16 1.782.158,63 7,99
Rata-rata 18,35 6,60
Sumber
: BPS, Gowa,Tahun
2011
Selama periode 2005-2009 ,Perekonomian
Kabupaten Gowa relative
stabil dengan rata-rata pertumbuhan 6,60
persen per tahun. Jika dilihat dari tahun ke tahun pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Gowa
tampak semakin baik yakni pada tahun 2005 tumbuh sekitar 5,74 persen, kemudian tumbuh lagi sekitar 6,17 persen pada tahun 2006,
selanjutnya pada tahun 2007 tumbuh menjadi 6,19 persen dan pada tahun 2009 ini
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa
mencapai angka 7,99
pesen. Dengan demikian
angka prtumbuhan tersebut diperoleh semata-mata mencerminkan pertumbuhan PDRB
rill yang dihasilkan oleh aktivitas perekonmomian suatu wilayah pada periode
tertentu.
Tabel 5 : Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gowa Menurut Sektor ,Tahun 2005-2009( dalam persen)
Sektor
2005 2006 2007
2008 2009
Pertanian 4,37 4,01 4,33 5,15 5,23
Petambangan & penggalian 5,10 5,01 9,58 10,66 15,10
Industri Pengolahan 5,00 2,11 5,92 7,17 5,93
Listrik ,gas & air bersih 4,22 3,24 6,33 7,08 7,32
Bangunan 4,17 4,36 7,54 8,66 9,40
Perdagangan 2,31 4,18 7,63 9,42 10,29
Angkutan 5,57 8,19 10,28 11,69 9,90
Lembaga Keuangan 8,41 9,03 12,91 12,5 15,12
Jasa-Jasa 4,96 14,77 6,31 5,61 8,32
PDRB 5,74 6,17 6,19 5,15 5,23
Sumber : BPS ,Gowa, Tahun2011
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Gowa pada tahun 2009 sebesar 7,99 persen, lebih tinggi dibangdingkan tahun
sebelumnya karena hampir semua sektor mengalami pertumbuhan.
Selama
periode tahun 2005-2009 pertumbuhan rill beberapa sektor terlihat semakin baik
yakni sektor keuangan,persewaan
& jasa perusahaan,sektor pertambangan & penggalian, sektorsektor
perdagangan dan sektor angkutan & komunikasi. Sedangkan
sektor lainnya cenderung berfluktuasi. Rata-rata tertinggi terjadi pada sektor keuangan,persewaan & jasa perushaan 15,12
persen per tahun, kemudian diikuti sektor
pertambangan & penggalian 15,10 persen dan sektor
perdagangan sebesar 10,29
persen. Sedangkan rata-rata terendah terjadi disektor pertanian yakni 5,23 persen pertahun.
c).
Struktur ekonomi
Kontribusi masing-masing
sektor terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan struktur
perekonomian daerah pada tahun tertentu. Sektor dengan sumbangan (nilai tambah)
terbesar biasanya ditetapkan sebagai sektor unggulan
daerah. Dikabupaten Gowa sektor pertanian masih memberikan sumbangan terbesar
terhadap total PDRB walaupun persentasinya semakin menurun akibat sumbangan
sektor lainnya.
Struktur
pereknomian memberikan gambaran masing-masing sektor dalam pembentukan total
PDRB suatu daerah. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula
pengaruhnya sektor tersebut didalam perekonomian suatu daerah atau disebut
sebagai sektor dominan ( leading sektor)
.
Struktur ekonomi dapat mempunyai pengertian yang dinamis apabila
struktur ekonomi tersebut tidak dibatasi pada suatu tahun tertentu saja
melainkan dalam suatu rangkaian waktu (data series) sehingga dapat dilihat
proses pergeseran struktur ekonomi di wilayah tersebut.
Tabei 6 : Struktur ekonomi Kabupaten Gowa,Tahun 2005-2009 (dalam persen)
Sektor 2005 2006
2007 2008 2009
Pertanian 52,16
51,48 50,85 48,78 45,65
Pertambangan & paenggalian 0,68 0,62 0,63 0,63 0,64
Industri pengolahan 3,63 3,34 3,31 3,19 3,05
Listrik,gas,& air 1,79 1,74 1,73 1,66 1,56
Bangunan 2,50 2,49 2,50 2,43 2,35
Perdagangan 13,51 13,40 13,61 13,48 13,35
Angkutan & Komunikasi 5,76 5,77 5,89 5,85 5,76
Lembaga Keuangan 5,15 5,15 5,47 5,68 5,84
Jasa-jasa 14,822 16,02 16,02 18,32
21,80
Sumber
: BPS .Gowa
Tahun 2011
Struktur ekonomi Kabupaten Gowa pada kurun waktu 2005-2009
nampaknya tidak mengalami pergeseran dari tahun sebelumnya. Peranan sektor pertanian terhadap
perekonomian daerah masih dominan yakni rata-rata 45,65 persen . Tingginya peranan ini
ditopang oleh sub sektor tabama dengan kontribusi sebesar 42,61 persen dan sub sektor perkebuanan dengan kontribusi
sebesar 1,36
persen, sektor peternakan dengan
kontribusi sebesar 1,34, perikanan 0,23, dan kehutan sebesar 0,12 persen.
Selanjutnya sektor yang mempunyai
kontribusi cukup besar adalah sektor jasa-jasa dengan kontribusi sekitar 21,80 persen, kemudian sektor
perdagangan, sektor lembaga
keuangan dan jasa perusahaan dengan kontribusi masing-masing 13,35 persen dan 5,84 persen terhadap total PDRB
Kabupaen Gowa
pada tahun 2009. Sedangkan sektor Pertambangan dalam periode yang sama memberikan
kontribusi yang paling kecil yakni 0,64
persen.
d). PDRB Perkapita
PDRB
perkapita merupakan angka yang dapat dibaca sebagai kemampuan daya beli
masyarakat. Perekonomian yang membaik dan laju pertumbuhan penduduk yang lambat
akan berdampak pada peningkatan PDRB perkapita. Namun angka tersebut belum
menggambarkan penerimaan penduduk secara nyata karena angka itu hanya merupakan
angka rata-rata. Walaupun demikian angka tersebut sudah dapat digunakan sebagai
salah satu indikator untuk melihat rata-rata tingkat kesejahteraan penduduk
suatu daerah.
Besaran
PDRB per kapita merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kemakmuran dan kesejahteraan penduduk suatu daerah /wilayah
dalam kurun wakttu tertentu. Namun demikian,hal tersebut belum dapat
menggambarkan peneriman penduduk secara
nyata dan merata, karena angka ini merupakan angka rata-rata dari semua
penduduk. Dengan kata lain, selain indicator ini juga harus dilihat bagaimana
distribusi pendapatan didaerah tersebut.
Setiap tahun
PDRB perkapita Kabupateen Gowa
terus mengalami peningkatan . Dalam kurun wakttu lima tahun terakhir dari Rp 3.693.650 pada tahun 2005 menjadi Rp.6.981.294 pada tahun 2009 berarti dalam
kurun waktu 2005-2009, PDRB
per kapita meningkat sekitar 1,8 kali lipat.
Bila dibandingkan dengan PDRB perkapita
Sulawesi Selatan, PDRB per kapita kabupaten Gowa masih rendah. Pada tahun 2009 PDRB
per kapita Sulawesi Selatan telah mencapai Rp.12.632.537, sementara PDRB per
kapita Kabupaten Gowa
masih sekitar Rp6.981.294.
Tabel 7: PDRB
per kapita Kabupaten Gowa dan
PDRB per kapita Sulwesi Selatan , Tahun 2005-2009
Tahun PDRB Gowa PDRB SulSel
(Rupiah)
(Rupiah)
2005 3.693.650 6.128.771
2006
4.193.457 7.982.347
2007
4.802.864 8.996.056
2008
5.732.787 10.908.767
2009
6.981.294 12.632.537
Sumber : BPS,Gowa
Tahun 2011
2. Hasil Analisis Shift Share
Analisis Shift Share digunakan mengetahui proses pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Gowa dikaitkan dengan perekonomian daerah yang menjadi referensi,
yaitu Provinsi Sulawesi Selatan. Analisis Shift
Share dalam penelitian ini menggunakan variable pendapatan, yaitu PDRB
untuk menguraikan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa.
Pertumbuhan PDRB total (Y) dapat
diuraikan menjadi komponen shift dan
komponen share, yaitu :
a.
Komponen Provincial
Share (PS) adalah banyaknya pertambahan PDRB Kabupaten Gowa seandainya
pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan Provinsi Sulawesi Selatan selama
periode studi.
b.
Komponen Proportional
Shift (P), mengukur besarnya net
shift Kabupaten Gowa yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor PDRB
Kabupaten Gowa yang berubah. Apabila P > 0, artinya Kabupaten Gowa
berspesialisasi pada sector-sektor yang pada tingkat Provinsi Sulawesi Selatan
tumbuh relative cepat dan apabila P < 0, berarti kabupaten Gowa
berspesialisasi pada sector-sektor di tingkat provinsi Sulawesi Selatan
pertumbuhannya lebih lambat atau sedang menurun.
c.
Komponen Differential
Shift (D), mengukur besarnya net
shift yang diakibatkan oleh sektor-sektor tertentu yang yang tumbuh lebih
cepat atau lebih lambat di Kabupaten Gowa dibandingkan dengan provinsi Sulawesi
Selatan yang disebabkan oleh factor-faktor lokasional internt, seperti sumber daya yang baik akan mempunyai Differential Shift Component Positif (D
> 0), sebaliknya apabila secara lokasional tidak menguntungkan akan
mempunyai Differential Shift Component
yang negatif (D < 0)
Analisis penentuan sector ekonomi
strategis dan memiliki keunggulan untuk dikembangkan dengan tujuan untuk memacu
laju pertumbuhan Kabupaten Gowa. Untuk mengetahui spesialisasi daerah serta pertumbuhannya digunakan
komponen Provincial Share (PS), Proportional
Shift (P) dan Differential Shift (D).
Tabel. 8.Hasil perhitungan Analisis Shift Share PDRB Kabupaten Gowa tahun 2005-2009
No.
Sektor
|
Provincial
|
Proportional
|
Differential
|
Total (∆Y)
|
Share (PS)
|
Shift (P)
|
Shift (D)
|
||
1. Pertanian
2. Pertambangan &Penggalian
3. Industri
Pengolahan
4. Listrik, Gas & Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan
Hotel &Restoran
7. Pengangkutan
& komunikasi
8. Keuangan
Persewaan & Jasa
9. Jasa-jasa
|
207293.58
2220.25
16708.41
4095.67
12460.61
55086.90
22795.09
25497.38
63282.33
|
-74068.69
-1806.63
-1885.75
1824.27
10521.94
27184.30
12193.36
16140.28
8021.67
|
5856.29
3043.13
-2094.56
-2337.57
-9067.67
-17195.74
5786.09
9037.71
12469.50
|
139081.18
3456.74
12728.10
3582.37
13914.88
65075.45
40774.54
50675.37
83773.50
413062.13
|
Jumlah
|
409440.21
|
-1875.26
|
5497.18
|
Sumber :
Hasil Olah Data shift share 2011
Untuk mengetahui perubahan struktur atau
pergeseran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor ekonomi menurut lapangan usaha selama periode
2005-2009 dengan melihat perbandingan sektor-sektor ekonomi kabupaten Gowa
terhadap Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Sulawesi Selatan. Kekuatan
masing-masing sektor dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB sangat
tergantung kepada pertumbuhan ekonomi yaitu komponen pertumbuhan wiloayah (N),
komponen bauran industri (M), dan komponen kekuatan kompetitif (C).
Kekuatan dari masing-masing sektor tersebut dalam memberikan kontibusi
terhadap PDRB sangat tergantung kepada pertumbuhan ekonomi yaitu komponen
pertumbuhan wilayah (N),komponen bauran industri (M),dan komponen kekuatan
kompetitif (C).
a.
Sektor
Pertanian
Berdasarkan pada tabel di atas hasil perhitungan shift
share, jumlah provincial share dari sembilan sektor sebesar
409.440,21. Sektor pertanian total
pertumbuhan PDRBnya sebesar 139.081,18 dengan nilai komponen
P mengalami negatif sebesar -74.068,69
yang menunjukkan bahwa sektor
ini merupakan sektor yang
tumbuh lambat di tingkat Provinsi
Sulawesi Selatan. Sedangkan nilai komponen
D mengalami positif sebesar 5.856,29,
berarti bahwa sektor
pertanian mempunyai daya
saing yang meningkat, karena
pertumbuhannya lebih cepat daripada Provinsi.
b.
Sektor
pertambangan dan penggalian
Pertumbuhan PDRB total sektor pertambangan dan penggalian dari
analisis Shift Share sebesar 3.456,74
dengan nilai komponen P sektor pertambangan dan penggalian yang negatif sebesar
-1.806,63 berarti bahwa sektor
ini tumbuh lambat
di tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan nilai komponen
D mengalami positif sebesar 3.456,74, berarti bahwa sektor ini
mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan di Provinsi.
c.
Sektor
Industri Pengolahan
Berdasarkan pada tabel di atas hasil perhitungan shift
share, jumlah Provincial Share
dari sembilan sektor sebesar 409.440,21, Proportional
Shift sebesar -1.875,26, Differential
Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan PDRB total sektor industri pengolahan
dari analisis Shift Share sebesar
12.728,10 dengan nilai komponen P sektor industri pengolahan mengalami negatif
sebesar -1.885,75, berarti bahwa sektor
ini tumbuh lambat
di tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Begitupun dengan nilai
komponen D mengalami negatif sebesar
-2.094,56, berarti bahwa sektor ini tidak mempunyai daya saing yang meningkat,
karena pertumbuhannya lebih lambat dibanding pertumbuhan di Provinsi.
d.
Sektor
Listrik, Gas dan Air Bersih
Berdasarkan pada tabel di atas hasil perhitungan shift
share, jumlah Provincial Share
dari sembilan sektor sebesar 409.440,21, Proportional
Shift sebesar -1.875,26, Differential Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan
PDRB total sektor listrik, gas dan air bersih dari analisis Shift Share sebesar 3.582,37 dengan nilai
komponen P sektor Listrik, gas dan air bersih mengalami positif sebesar 1.824,27,
berarti bahwa sektor
ini tumbuh cepat di tingkat Provinsi
Sulawesi Selatan. Sedangkan nilai komponen D mengalami negatif sebesar -2.337,57, berarti bahwa sektor ini
tidak mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih lambat
dibanding pertumbuhan di Provinsi.
e.
Sektor
Bangunan
Berdasarkan pada tabel di atas hasil perhitungan shift
share, jumlah Provincial Share
dari sembilan sektor sebesar 409.440,21, Proportional
Shift sebesar -1.875,26, Differential Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan
PDRB total sektor bangunan analisis Shift
Share sebesar 13.914,88 dengan nilai komponen P sektor bangunan mengalami positif
sebesar 10.521,94, berarti bahwa sektor
ini tumbuh cepat di tingkat Provinsi
Sulawesi Selatan. Sedangkan nilai komponen D mengalami negatif sebesar -9.067,67, berarti bahwa sektor ini
tidak mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih lambat
dibanding pertumbuhan di Provinsi.
f.
Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pada tabel 7 hasil perhitungan shift share, jumlah Provincial Share dari sembilan sektor sebesar 409.440,21, Proportional Shift sebesar -1.875,26, Differential Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan
PDRB total sektor perdagangan, hotel dan restoran analisis Shift Share sebesar 65.075,45 dengan nilai komponen P sektor perdagangan,
hotel dan restoran mengalami positif sebesar 27.184,30, berarti bahwa
sektor ini tumbuh cepat di tingkat Provinsi
Sulawesi Selatan. Sedangkan nilai komponen D mengalami negatif sebesar -17.195,74, berarti bahwa sektor ini
tidak mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih lambat
dibanding pertumbuhan di Provinsi.
g.
Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi
Pada tabel 7 hasil perhitungan shift share, jumlah Provincial Share dari sembilan sektor sebesar 409.440,21,
Proportional Shift sebesar -1.875,26, Differential
Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan PDRB total sektor pengangkutan dan
komunikasi analisis Shift Share
sebesar 40.774,54 dengan nilai komponen
P sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami positif sebesar 12.193,36, berarti bahwa
sektor ini tumbuh cepat di tingkat Provinsi
Sulawesi Selatan. Begitupun nilai komponen D mengalami positif sebesar
5.786,09, berarti bahwa sektor ini mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya
lebih cepat dibanding pertumbuhan di Provinsi.
h.
Sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Berdasarkan pada tabel di atas hasil perhitungan shift
share, jumlah Provincial Share
dari sembilan sektor sebesar 409.440,21, Proportional
Shift sebesar -1.875,26, Differential
Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan PDRB total sektor bangunan analisis Shift Share sebesar 50.675,37 dengan nilai
komponen P sektor keuangan persewaan dan jasa mengalami positif sebesar 16.140,28,
berarti bahwa sektor
ini tumbuh cepat di tingkat Provinsi
Sulawesi Selatan. Begitupun nilai komponen D mengalami positif sebesar 9.037,71, berarti bahwa sektor ini
mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat
dibanding pertumbuhan di Provinsi.
i.
Sektor
Jasa-Jasa
Pada tabel 7 hasil perhitungan shift share, jumlah Provincial Share dari sembilan sektor sebesar 409.440,21,
Proportional Shift sebesar -1.875,26, Differential
Shift sebesar 5.497,18. Pertumbuhan PDRB total sektor jasa-jasa analisis Shift Share sebesar 83.773,50
dengan nilai komponen P sektor jasa-jasa
mengalami positif sebesar 8021,67, berarti
bahwa sektor ini
tumbuh cepat di tingkat
Provinsi Sulawesi Selatan.
Begitupun nilai komponen D mengalami positif
sebesar 12469,50, berarti bahwa sektor ini mempunyai daya saing yang
meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat dibanding pertumbuhan di Provinsi.
Berdasarkan pembahasan perhitungan analisis shift share PDRB Kabupaten Gowa selama periode penelitian tahun
2005 s.d 2009 pada tabel di atas, terdapat nilai proporsional (P) positif,
yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor
perdagangan,hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
keuangan persewaan dan Jasa, serta sektor jasa-jasa. Sektor-sektor yang memiliki nilai P negatif,
yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor
industri pengolahan.
Nilai Differential Shift
perekonomian Kabupaten Gowa dari tahun 2005 s.d 2009 menunjukkan terdapat
sektor-sektor ekonomi yang tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor-sektor
ekonomi yang sama di tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Sektor-sektor ekonomi
tersebut adalah sektor jasa-jasa dengan nilai D sebesar 12.469,50, sektor
keuangan persewaan & jasa dengan nilai D sebesar 9037,71, sektor pertanian
dengan nilai D sebesar 5856,29, sektor pengangkutan dan komunikasi dengan nilai
D sebesar 5786,09, serta sektor pertambangan & penggalian dengan nilai D
sebesar 3043, 13.
Sedangkan sektor-sektor ekonomi dengan nilai D negatif, berarti
sektor tersebut tumbuh lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di tingkat
provinsi. Sektor-sektor tersebut adalah sektor industri pengolahan,sektor
listrik, gas & air bersih, sektor bangunan, serta sektor perdagangan, hotel
& restoran.
Pergeseran sektor yang terjadi pada PDRB Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 9 Dibawah ini.
Tabel 9 : Kontribusi Sektor
PDRB Kabupaten Gowa Tahun 2005-2009 (dalam persen)
Lapangan Usaha
|
Tahun
|
||||
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
|
Primer
|
|||||
Pertanian
|
52,16
|
51,48
|
50,85
|
48,78
|
45,65
|
Pertambangan & Penggalian
|
0,68
|
0,62
|
0,63
|
0,63
|
0,64
|
Jumlah
|
52,84
|
52,1
|
51,48
|
49,41
|
46,29
|
Sekunder
|
|||||
Industri Pengolahan
|
3,63
|
3,34
|
3,31
|
3,19
|
3,05
|
Listrik, Gas & Air Bersih
|
1,79
|
1,74
|
1,73
|
1,66
|
2,75
|
Bangunan
|
2,5
|
2,49
|
2,5
|
2,43
|
2,51
|
Jumlah
|
7,92
|
7,57
|
7,54
|
7,28
|
8,31
|
Tersier
|
|||||
Perdagangan Hotel & Restoran
|
13,51
|
13,4
|
13,61
|
13,48
|
13,75
|
Pengangkutan & komunikasi
|
5,76
|
5,77
|
5,89
|
5,85
|
6,75
|
Keuangan Persewaan & Jasa
|
5,15
|
5,15
|
5,47
|
5,68
|
5,43
|
Jasa-jasa
|
14,82
|
16,02
|
16,02
|
18,32
|
19,47
|
Jumlah
|
39,24
|
40,34
|
40,99
|
43,33
|
45,4
|
Total
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Sumber :
Badan Pusat Statistik 2011 telah di Olah
Berdasarkan
tabel diatas menunjukkan bahwa Pergeseran
sektor PDRB Kabupaten
Gowa dari tahun 2005 s.d 2009, sebagaimana
tercantum pada Tabel di
atas, menunjukkan sektor sekunder
dan tersier mengalami
kenaikan kontribusi terhadap PDRB, sedangkan sektor primer
justru menurun. Kenaikan kontribusi yang cukup signifikan adalah pada
sektor tersier dari 39,24 persen tahun 2005 menjadi 45,4 persen tahun 2009, terutama
disebabkan oleh kenaikan
kontribusi melalui sektor
jasa-jasa dari 14,82 persen menjadi 19,47 persen.
Sektor primer mengalami
penurunan kontribusi dari 52,84 persen menjadi 46,29 persen, terutama
disebabkan oleh menurunnya kontribusi sektor
pertanian dari 52,16 persen menjadi 45,65 persen. Sedangkan sektor
sekunder walaupun mengalami
pergeseran, akan tetapi tidak terlalu berarti ,demikian juga pada sektor tersier.
Dengan
melihat kontribusi dari masing-masing sektor ekonomi tersebut,maka pemerintah Kabupaten
Gowa sebagai pengambil kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah
seharunya melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan peranan dari
sektor-sektor ekonomi dan memiliki daya saing.
Pergeseran sektor yang terjadi pada PDRB Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 10. Dibawah ini.
Tabel 10: Pertumbuhan Sektoral PDRB Kabupaten Gowa Tahun 2005-2009 (dalam persen)
Lapangan Usaha
|
Tahun
|
||||
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
|
Primer
|
|||||
Pertanian
|
4,37
|
4,01
|
4,33
|
5,15
|
5,23
|
Pertambangan & Penggalian
|
-5,1
|
5,01
|
9,58
|
10,66
|
15,1
|
Jumlah
|
-0,73
|
9,02
|
13,91
|
15,81
|
20,33
|
Sekunder
|
|||||
Industri Pengolahan
|
5
|
2,11
|
5,92
|
7,17
|
5,93
|
Listrik, Gas & Air Bersih
|
4,22
|
3,24
|
6,33
|
7,08
|
7,32
|
Bangunan
|
4,17
|
4,36
|
7,52
|
8,66
|
9,4
|
Jumlah
|
13,39
|
9,71
|
19,77
|
22,91
|
22,65
|
Tersier
|
|||||
Perdagangan Hotel & Restoran
|
12,31
|
4,18
|
7,63
|
9,42
|
10,29
|
Pengangkutan & komunikasi
|
5,57
|
8,19
|
10,28
|
11,69
|
15,19
|
Keuangan Persewaan & Jasa
|
8,41
|
9,03
|
12,91
|
12,5
|
15,12
|
Jasa-jasa
|
4.06
|
14,77
|
6,31
|
5,61
|
8,32
|
Jumlah
|
30,35
|
36,17
|
37,13
|
39,22
|
48,92
|
Total
|
5,74
|
6,17
|
6,19
|
6,92
|
7,99
|
Sumber :
Badan Pusat Statistik 2011 telah di Olah
Pertumbuhan
rill setiap sektor selama periode tahun
2005-2009 sangat berfluktuasi . Dimana sembilan sektor perekonomian pada tahun
2009 sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu
15,19 persen. Sedangkan sektor pertanian mengalami pertumbuhan terendah yakni
5,23 persen.
Sektor jasa-jasa
mengalami pertumbuhan melambat yaitu dari 5,61 persen menjadi 8,32 persen.
Padahal pada tahun sebelumnya sektor ini merupakan sektor dengan pertumbuhan
tertinggi. Pertumbuhan ekonomi kabupaten tanaman Gowa pada tahun 2009 sebesar 7,99
persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya karena hampir semua sektor mengalami
pertumbuhan.
a. Sektor
pertanian
Pada
tahun 2009 sektor pertanian tumbuh sebesar 5,23 persen, lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan positif ini tidak lepas dari peran
sub sektor didalamnya. Dari lima sub sektor , semuanya mengalami pertumbuhan
meskipun pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan mengalami sedikit
perlambatan akibat beberapa komoditi tanaman
mengalami penurunan dalam jumlah produksi.
Sub
sektor tanaman bahan pangan mengalami pertumbuhan sebesar 5,29 persen,
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan produksi tanaman
padi, jagung, ubi jalar,ubi kayu, dan tanaman bahan makanan lainnya mengalami
kenaikan. Begitun pula dengan sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan, dan
sub sektor perikanan, ketiganya mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar
4,45 persen, 3,89 persen, dan 4,93 persen.
b. Sektor
pertambangan dan penggalian
Sektor
pertambangan dan penggalian tumbuh 15.10 persen pada tahun 2009, naik cukup
tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 10,66 persen. Pertumbuhan ini
merupakan prtumbuhan sub sektor penggalian saja, dimana Kabuapten Gowa dikenal
dengan sumber daya penggaliannya yaitu bahan galian golongan C yang juga
didistribusikan ke kabupaten-kabupaten lainnya.
c. Sektor Industri
pengolahan
Sektor industri
pengolahan tumbuh 5,93 persen, melambat dibandingkan tahun 2008 yang tumbuh
sebesar 7,17 persen. Perlambatan ini disebabkan hampir semua sib sektor
mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada
tahun 2009 sub sektor makanan ,minuman, dan tembakau mengalami pertumbuhan 6,44
persen, sub sektor tekstil,barang kulit dan alas kaki tumbuh 5,85 persen, sub
sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya 3,43 persen, kertas dan barang
cetakan 4,88 persen,pupuk kimia dan barang dari karet 3,92 persen, semen dan
barang galian bukan logam 2,68 persen, logam dasar besi dan baja 2,89 persen.
d. Sektor listrik
gas dan air bersih
Sektor
listrik ,gas dan air bersih mengalami petumbuhan cukup tinggi pada tahun 2009,
yaitu 7,33 persen, dimana sub sektor listrik tumbuh 7,29 persen sedangkan sub
sektor air bersih tumbuh 8,0 persen. Hal ini sejalan dengan maraknya
pembangunan perumahan-perumahan baru dibeberapa kecamatan somba opu,pallangga
dan barombong.
e.Sektor bangunan
Pembanguan
rumah tinggal dan rumah ruko yang demikian pesat, ditambah renovasi dan
pembanguan kantor-kantor baru serta beberapa infrastruktur seperti pembanguan
syckh yusuf discovery disungguminasa, membuat sektor banguanan mengalami
pertumbuhan yang cukip signifikan yaitu 9,40 persen dimana tahun sebelumnya
sudah tumbuh cukup tinggi yaitu 8,86 persen.
f. Sektor
perdagangan
Sektor
perdagangan , hotel, dan restoran pun pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan lebih
tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 9,42 persen pada tahun 2008
menjadi 10,29 persen. Sub sektor perdagangan besar dan eceran mengalami pertumbuhan
paling tinggi yaitu 11,11 persen. Sub sektor hotel tumbuh 5,97 persen.
Sebagaimana diketahui hotel dan penginapan hanya berada didaerah malino saja di
Kabupaten Gowa. Sedangkan sub sektor restoran tumbuh sebesar 7,16 persen. Hal
ini sejalan dengan semakin banyak tempat-tempat makan yang baru dibuka beberapa
tempat khususnya disugguminasa.
g. Sektor angkutan
dan komunikasi
Pertumbuhan
sektor transportasi pun cukup tinggi pada tahun 2009 ini yaitu 9,90 persen
untuk sub sektor angkutan jalan raya. Begitu pula dengan sub sektor jasa
penunjang angkutan seperti terminal mengalami pertumbuhan yang hampir sama
besarnya yaitu 9,78 persen. Sementara ini sub sektor pos dan telekomunikasi
mengalami pertumbuhan yang paling tinggi pada tahun 2009 ini, yaitu 18,46
persen.
h. Sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
Sektor
ini mengalami pertumbuhan tertinggi kedua setelah angkutan dan komunikasi .
Pada tahun 2009 ini sektor tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 15,12 persen
dimana tahun sebelumnya tumbuh 12,50 persen. Pertumbuahn tertinggi diberikan
oleh sub sektor bank, yaitu 28,28 persen. Sub sektor lembaga keuangan tanpa
bank tumbuh 8,14 persen,sub sektor sewa bangunan 14,18 persen dan jasa
perusahaan 7,89 persen.
i. Sektor jasa-jasa
Pertumbuhan
sektor jasa-jasa pada tahun 2009 sebesar 8,32 persen dari 5,61 persen pada
tahun sebelumnya. Sektor ini terdiri dari 2 sub sektor yaitu sub sektor
pertumbuhan umum dan sub sektor swasta. Sub sektor pemerintahan umum mengalami
pertumbuhan yang tinggi yaitu 8,42 persen sedangkan sub sektor swasta tumbuh
6,92 persen.
Dengan
demikian Pergeseran sektor PDRB
Kabupaten Gowa dari tahun 2005 s.d 2009, sebagaimana
tercantum pada Tabel di
atas, menunjukkan sektor sekunder
dan tersier mengalami
kenaikan Pertumbuhan terhadap PDRB, sedangkan sektor primer
juga mengalami peningkatan.
Kenaikan Pertumbuhan yang
cukup signifikan adalah pada sektor tersier dari 30,35 persen tahun 2005 menjadi 48,92 persen tahun 2009, terutama
disebabkan oleh kenaikan
Pertumbuhan melalui
sektor jasa-jasa dari 4,06 persen menjadi 8,32 persen.
Sektor primer mengalami Peningkatan Pertumbuhan dari -0,73 persen menjadi 20,33 persen, terutama disebabkan oleh meningkatnya Pertumbuhan sektor pertanian dari 4,37 persen menjadi 5,23 persen. Sedangkan sektor
sekunder juga mengalami peningkatan dari tahun 2005 yaitu 13,39
persen dan pada tahun 2009 menjadi 22,65 persen.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan perhitungan dengan metode Shift
Share pada sektor–sektor ekonomi di Kabupaten Gowa yang dianalisis dari kurun
waktu tahun 2005-2009 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
:.
1. Berdasarkan analisis Shift Share Perubahan
atau pergeseran sektor ekonomi Kabupaten Gowa menunjukkan bahwa
sektor yang mengalami Proportional Shift (P) yang tumbuh cepat
di provinsi (Positif) yaitu sektor
listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan; sektor perdagangan,hotel dan
restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan persewaan dan
Jasa; serta sektor jasa-jasa; kemudian sektor yang mengalami Proportional Shift (P) tumbuh lambat di provinsi (negatif), yaitu sektor
pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; serta sektor industri pengolahan.
Dan sektor yang nilai Differential
Shift (D) yang pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan sektor-sektor
ekonomi yang sama di tingkat Provinsi (Positif) yaitu sektor jasa-jasa; sektor
keuangan persewaan dan jasa; sektor pertanian; sektor pengangkutan dan
komunikasi; serta sektor pertambangan dan penggalian; Pergeseran sektor
PDRB Kabupaten Gowa menunjukkan sektor
sekunder dan tersier
mengalami kenaikan kontribusi
terhadap PDRB, sedangkan sektor
primer justru menurun.
2.
Berdasarkan hasil perhitungan dari alat
analisis menunjukkan bahwa potensi sektor perekonomian kabupaten gowa adalah sektor
jasa-jasa; sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor
listrik, gas, dan air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan
persewaan dan jasa;
B.
Saran
Dari kesimpulan
yang telah dikemukakan serta dikaitkan dengan era globalisasi dan otomi daerah,
dimana diharapkan kemandirian dan inisiatif dari daerah untuk membangun potensi
daerahnya maka penulis menyarankan beberapa hal berikut ini:
1. Bagi pemerintah Kabupaten Gowa agar lebih memaksimalkan
potensi sektor-sektor perekonomian yang potensial dalam rangka miningkatkan
pembangunan ekonomi daerah serta miningkatkan kualitas produksi sehingga memiliki
daya saing. Sektor potensial tersebut adalah sektor jasa-jasa; sektor
pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas, dan air
bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan persewaan dan jasa yang sangat memungkinkan untuk mengembangkan sektor
tersebut.
2. Memantapkan dan meningkatkan sektor-sektor ekonomi non
unggulan di Kabupaten Gowa agarmampu memberdayakan sumber daya manusianya. Sektor-sektor
non unggulan yang potensial tersebut diantaranya sektor industri pengolahan,
sektor Bangunan dan Sektor perdagangan hotel dan Retoran. Ketiga sektor
tersebut apabila dikembangkan akan mampu meningkatkan kualitas sektor unggul
dan potensial guna meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Gowa
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
lincolin. 1999. Pengantar Prencanaan dan
Pembangunan Ekonomi daerah. Yogyakarta: BPF
BPS
Kabupaen Gowa.2009.Produk domestic
regional bruto(PDRB).Gowa
BPS
Kabupaen Gowa.2008.Produk domestic
regional bruto(PDRB).Gowa
BPS Kabupaen
Gowa.2007.Produk domestic regional
bruto(PDRB).Gowa Badan Pusat Statistik, 2010.
Sul-Sel
Dalam Angka.Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Selatan 2005-2009
Jhingan,M.L.2008.Ekonomi pembangunan dan perencanaan.Jakarta:PT.Radja
Grafindo Persada
Riduwan.Akdon
dkk.2005.Rumus dan data dalam aplikasi
statistika.Bandung:Alfabeta
Sukirno,sadono.Ekonomi pemangunan.Jakarta:Kencana
Prenada Media
Suryana.2000.Ekonomi pembangunan “Teori dan aplikasi”.Jakarta:PT.Salemba
Empat
Tarigan
,Robinson.2005.Ekonomi regional , “ Teori
dan Aplikasi”.Jakarta: PT.Bumi Aksara
Hadijah.2008. Analisis
Perubahan Struktur Ekonomi l di Sulawesi Selatan Periode 2005-2007. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin
Djojohadikusumo,
Sumitro.1994. perkembangan pemikiran
Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan Dan Ekonomi pembangunan.jakarta:
PT Pustaka LP3ES
Sjafrizal, 2008.
Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Cetakan Pertama,
Padang.
Tambunan,
Tulus T. H, 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori & Penemuan
Empiris.
Salemba Empat Jakarta.
Tarigan,
Robinson, 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, PT. Bumi Aksara, Cetakan Keempat,
Jakarta.
Todaro, M.P. 2000. Pembangunan
Ekonomi 1. Edisi Kelima. Terjemahan. Bumi Aksara, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar